Mana Kebijakan Yang Pro Anak Muda (Youth Policy) ?

Perhatian pemerintah untuk kebutuhan anak muda sangat minim. Kebijakan yang pro kebutuhan kaum muda sangat sedikit. Ini menggenaskan, selama ini kaum muda kurang diberi tempat dan perhatian khusus untuk mengembangkan kebutuhan berkreasi. Akibatnya, kaum muda saat ini sering bersikap apriori terhadap pemerintah. Sebabnya, selama ini pemerintah abai akan kebutuhan generasi muda.

Saat ini kaum muda minim tempat berekspresi. Hingga munculah adu nyali dengan bentuk balap liar di jalan. Selain itu, musisi muda juga kesulitan lapangan konser, sulit mendapatkan izin musik, hingga bantuan modal untuk usaha musik. Akibat dari ekspresi yang tidak tersalurkan itu adalah ‘pemberontakan’.

Pemerintah harus mengupayakan sejumlah ruang terbuka untuk anak – anak muda maupun gedung kesenian yang bisa mengakomodir komunitas musik anak –anak muda. Buat juga event – event periodik buat kalangan muda. Begitu juga dengan sarana kerohanian untuk anak – anak muda yang akan meminimalisir dampak – dampak negatif dari infiltrasi budaya barat yang sangat bebas.

Apabila anak muda kini dicap nggak bermoral, beretos kerja rendah, suka berantem. Sebenarnya mereka sehat, bagus, pintar, banyak yang jadi sarjana. Kalau terjadi dekadensi moral dan sikap-sikap negatif  lainnya, lingkungan pasti ikut berperan. Lingkungan itu salah satunya adalah kebijakan – kebijakan yang kurang pro terhadap mereka.

Mungkin harus digagas sebuah konsep youth-friendly city atau selanjutnya  disebut Kota Layak Remaja (KLR). Tujuannya adalah  mengetahui bagaimanakah sekelompok anak-anak remaja menggunakan dan menilai lingkungannya sekitarnya. Selain itu juga harus mampu menciptakan suatu kondisi yang mengaspirasi hak-hak remaja melalui tujuan, kebijakan, program-program dan struktur pemerintahan local. Dengan adanya konsep youth-friendly city ini,  diharapkan pemerintah di suatu kota mampu memberikan suatu jaminan terhadap hak-hak remaja seperti : kesehatan, perlindungan, perawatan, pendidikan, hobi, atau aktivitas positif lainnya tanpa menjadi korban diskriminasi. Mereka, anak – anak muda juga berpartisipasi dalam merencanakan kota tempat tinggalnya, memiliki kebebasan bermain, dan memperoleh lingkungan yang  nyaman dan aman.

Yang saat ini mengkhawatirkan juga adalah kebijakan untuk anak – anak muda dalam bidang politik. Pemerintah sering abai dengan peran dan posisi anak muda, para elit pembuat kebijakan hanya menempatkan anak muda sebagai obyek bukan subyek politik, mereka hanya diposisikan hanya sebagai pemilih pemula saja. Oleh karenanya saat ini banyak anak muda yang apatis sama politik, seperti sudah tidak ada harapan ke politik. Mereka jenuh sama berita-berita negatif  kelakuan para elit pemerintah, yang nota bene orang tua – orang tua mereka di televisi dan pada akhirnya jadi enggak mau terlibat. Sementara kebijakan ruang dan media buat anak muda untuk belajar menyampaikan aspirasi mereka terkait kebijakan-kebijakan yang ada juga terbatas. Oleh karenanya perlu adanya  forum yang mampu mewakili dan menyambungkan suara anak muda ke para pengambil kebijakan di negeri ini.

Jika di masa kemerdekaan dulu,  anak-anak muda bisa menjadi pelopor di bidang politik, maka seharusnya anak-anak muda sekarang pun bisa. Kita semua tentu sadar kalau membangun pemuda itu bukan sesuatu yang instan, butuh proses panjang dan makan waktu yang lama. Harus sabar melalui tahapan-tahapannya, potensi anak muda sangatlah besar. Ayolah para orang tua pembuat kebijakan, janganlah karena egomu, kalian abai dengan potensi  anak – anak muda. Ayolah para pemerintah pembuat kebijakan, tinggalkan galau mu karena harapan itu masih ada, dan harapan itu ada di pundak anak – anak muda kita. Salam P3rjuangan !!!