SUNGGUH AMANKAH INDONESIA DARI TERPAAN KRISIS ?
Sayang, jawabannya adalah : tidak. Indonesia sebenarnya dikatakan aman ketika krisis ini terjadi semata - mata karena dampaknya tidak langsung mempengaruhi kehidupan sehari - hari sebagian besar penduduk. Krisis finansial global kembali menggarisbawahi kelemahan - kelemahan pondasi dasar perekonomian Indonesia, baik itu yang bersifat struktural maupun yang relatif baru terbentuk. Akan kita lihat bahwa kian timpangnya pertumbuhan ekonomi, sehingga struktur ekonomi Indonesia kian bertumpu pada sektor non-tradable bak negara maju, sungguh bukan suatu hal yang menenguntungkan. Krisis juga mengajarkan kepada kita bahwa perekonomian manapun, maju atau berkembang, yang terlalu bertumpu pada sektor non-tradable, khususnya subsektor keuangan, akan selalu rawan guncangan.
Cepat atau lambat, langsung maupun tidak langsung, perekonomian Indonesia akan selalu terkena imbas krisi keuangan global. Melalui neraca pembayaran (khususnya neraca transaksi berjalan) serta mekanisme pasar modal dan keuangan (khususnya bursa saham), krisis keuangan global telah dan akan memunculkan dampak-dampaknya yang lambat laun akan mempengaruhi perekonomian nasional Indonesia.
Dampak tersebut kini sudah mulai terjadi, dan sekarang sekurang - kurangnya ada dua dampak berskala besar yang telah dialami Indonesia dan hampir semuanya bermula pada sektor non-tradable yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi sektor riil atau sektor tradable. Dua dampak itu adalah (a) depresi tajam Rupiah dan (b) gejolak di bursa saham, yang semua itu pada akhirnya membuat perekonomian Indonesia menjadi lebih rapuh terhadap gejolak eksternal
Investasi di Indonesia terlalu tercurah pada investasi portofolio yang kebanyakan berasal dari investor luar negeri, sementara dana yang tersedia untuk investasi riil atau langsung jauh dari mencukupi. Uang yang tertanam di bursa saham jauh lebih banyak ketimbang yang dikucurkan untuk membangun pabrik baru, menambah bahan mentah, atau merekrut lebih banyak pekerja. Selain tidak memberi kontribusi berarti bagi perekonomian, investasi portofolio sesungguhnya tidak dapat digunakan sebagai tolak ukur kemajuan suatu ekonomi meskipun dalam prakteknya investasi ini tetap dihitung sebagai komponen penting GDP. Mengapa ?
Karena transaksi di bursa memang kian jauh dari realitas ekonomi yang sesungguhnya. uang di bursa juga lebih sering sekedar pindah tangan dan tidak mencerminkan penambahan investasi segar. Lebih buruk lagi, sangat banyak saham dan ekuitas lainnya di Indonesia yang berada di tangan investor asing. Mengapa lebih buruk? Karena investor internasional ini punya banyak pilihan, sehingga selalu memindah-mindahkan dananya ke berbagai bursa atau pasar uang seluruh dunia guna mencari ekuitas atau surat berharga yang paling menguntungkan. Jika terjadi sesuatu atau bahkan sekedar ada desas -desus yang tidak jelas, mereka akan cepat - cepat menarik keluar uangnya dari suatu perekonomian dan memindahkannya ke tempat lain. Jika jumlah uang investor internasional itu cukup banyak, maka tentu saja penarikannya secara mendadak akan menimbulkan guncangan di bursa, bahkan perekonomian yang ditinggalkannya.
Referensi : Buku Catatan Satu dekade Krisis tulisan Faisal Basri hal 646-651
Referensi : Buku Catatan Satu dekade Krisis tulisan Faisal Basri hal 646-651