Puasa, Lebaran dan Ketupat adalah Istilah Rabtul 'Am dari Para Juru Dakwah "Walisongo"

Belum ada referensi ilmiah yang mampu menjelaskan apa itu "lebaran". Ada orang yang menganggap "lebaran" berasal dari kata lebar di dalam bahasa Indonesia. Maksudnya, lebaran berarti saatnya melebarkan hati untuk saling memaafkan. Ada juga yang beranggapan lebaran berasal dari kata lebur di dalam bahasa Indonesia yang berarti “luluh” atau “hancur”. Maksudnya, pada saat lebaran dosa-dosa kita hancur setelah berpuasa dan saling bermaafan. 

Setelah ditelusuri ke dalam bahasa-bahasa daerah, ternyata lebaran berasal dari bahasa Jawa dan Sunda. Lebaran berasal dari kata lebar yang berarti “sesudah, setelah” di dalam bahasa Jawa kasar. Di dalam bahasa Sunda, lebar berarti “bebas, lepas, selesai, sudah, berakhir”. Supaya menjadi kata benda, akhiran –an dilekatkan sehingga kata lebar menjadi lebaran. Karena jumlah penutur bahasa Jawa dan Sunda adalah jumlah penutur bahasa daerah yang terbesar pertama dan kedua di Indonesia, kata lebaran segera diserap ke dalam bahasa Indonesia.

Sementara kata puasa berasal dari bahasa jawa kuno yaitu upawasa yang berarti menutup/menahan. Maksudnya di sini adalah menutup/menahan hawa nafsu. Pendapat ini dikemukakan oleh M.A. Salmun pada artikelnya yang dimuat di sebuah majalah Sunda pada tahu 1954.

Orang Jawa juga biasa menyebut Idul Fitri dengan istilah “Riyaya” atau “Badha”. Riyaya merupakan istilah untuk lebih mempersingkat kata hari raya sedangkan istilah badha  berasal dari Bahasa Arab dari akar kata ba’da yang berarti setelah atau selesai. Kata badha maupun lebaran mempunyai persamaan arti, yaitu selesainya pelaksanaan ibadah puasa, maka tibalah waktunya berhari raya Idul Fitri. Istilah lebaran sudah menjadi istilah nasional, yang diartikan oleh masyarakat Indonesia sebagai Hari Raya Idul Fitri.  
alam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata "lebaran" diartikan sebagai hari raya ummat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawwal setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.Hari Raya setelah berpuasa di bulan Ramadhan disebut Idul Fitri sedangkan "lebaran besar" adalah suatu istilah untuk menyatakan hari raya Idul Adha dapat juga disebut"lebaran haji". Tidak ada penjelasan dari mana asal usul kata ini.

Sebagian orang jawapun punya pendapat berbeda mengenai kata "Lebaran".Orang jawapun berpendapat kata "Lebaran" berasal dari bahasa Jawa yaitu kata "wis bar yang berarti sudah selesai".Sudah selesai menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang dimaksud. "bar" sendiri adalah bentuk pendek dari kata "lebar" yang artinya "selesai". Bahasa Jawa memang sering memberikan akhiran "an" untuk suatu kata kerja.

Misalnya asal kata "bubar" yang diberi akhiran "an" menjadi "bubaran" yang umumnya menjadi berkonotasi banyak atau jamak. Kata "bubar" sendiri adalah suatu kata bentuk populer/rendah dari kata "lebar". Seperti diketahui Bahasa Jawa mengenal tingkatan bahasa yang berbeda serta berlaku untuk kelompok masyarakat tertentu. Kata "bubar" dan "lebar" ternyata bermaknaa sama,untuk kata "bubar" digunakan oleh masyarakat awam,sedangkan kata "lebar" digunakan oleh para bangsawan sebagai istilah yang lebih halus/sopan.

Yang anehnya,kebanyakan orang jawa banyak menggunakan kata sugeng riyadin" yang artinya "selamat hari raya" sebagai suatu ungkapan sopan yang halus dan "riyoyo" yang merupakan bentuk kasar atau rendahnya.Kebanyakan kata "selamat lebaran" digunakan oleh orang-orang betawi.Kata lebaran memang terasa lebih luas atau karena kita orang yang umum lebih sering menggunakan kata lebaran jadi terdengar biasa-biasa saja.
- See more at: http://artikel-terbaik.blogspot.com/2013/03/asal-muasal-kata-lebaran.html#sthash.8nyxUQd4.dpuf

Demikian juga dengan istilah ketupat, kenapa ketupat? kapan tradisi membuat ketupat ini dimulai? Sayangnya, belum ada referensi ilmiah tentang makanan khas ini. Namun, ada yang mengira-ngira, tradisi membuat ketupat sudah ada sejak masuknya Islam ke tanah Jawa, sekitar tahun 1400-an. Dalam bahasa Jawa, ketupat disebut kupat. Kata kupat berasal dari suku kata  ku = ngaku (mengakui) dan  pat  = lepat (kesalahan). Sehingga ketupat menjadi simbol mengakui kesalahan. Istilah ini digunakan untuk menyambungkan dengan tradisi maaf-maafan pada hari raya Idul Fitri. Jadi ketupat merupakan simbolisasi bahwa sesungguhnya manusia mempunyai banyak dosa dan kesalahan. Karena itulah pengakuan itu kemudian diwujudkan dalam bentuk ketupat yang secara tradisi kemudian diantarkan ke tetangga-tetangga sekitar.

Tradisi ketupat lebaran dapat dikaitkan dengan peran dakwah para Wali, terutama Walisongo dalam penyebaran Islam di Indonesia. Boleh jadi, tradisi kupatan sudah ada pada zaman pra-Islam Nusantara, sebagaimana tradisi selamatan yang juga sudah ada dan berkembang di Indonesia. Namun tradisi kupatan kemudian memperoleh sentuhan baru di zaman penyebaran Islam oleh Walisongo di dalam kerangka untuk menghadirkan tradisi yang akomodatif atau akulturatif untuk Islam di dalam masyarakat Jawa dan Nusantara pada umumnya.

Dari sisi bahasa, kupatan (bahasa Jawa) kiranya berasal dari kata Kaffatan (Bahasa Arab) yang memperoleh perubahan bunyi dalam ucapan Jawa menjadi kupatan. Sama dengan kata barakah (bahasa Arab) menjadi berkat (bahasa Jawa) atau salama (bahasa Arab) menjadi selamet (bahasa Jawa). Maka secara istilah, dapat dinyatakan bahwa kupatan adalah simbolisasi dari berakhirnya bulan puasa dan menandai terhadap kesempurnaan atau kaffatan di dalam kehidupan individu dan masyarakat. Jadi tradisi kupatan sebagai penanda terhadap keislaman manusia yang sudah sempurna.

Sebagaimana di dalam Al-Qur’an disebutkan:
“udkhulu fi al silmi kaffatan, wa la tattabi’u khuthuwat al syaithon, innahu lakum ‘aduww al mubin”.
Yang artinya kurang lebih “masuklah kamu sekalian ke dalam Islam secara sempurna dan jangan kamu ikuti jalannya syetan, sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata”.

Dalam gambaran para wali itu, kupatan adalah simbolisasi seseorang yang sudah memasuki Islam secara sempurna. Indikasinya sebagai berikut:
1. Sudah melaksanakan puasa sebagai tazkiyat al nafs
2. Melaksanakan zakat sebagai tazkiyat al mal 
3. Dan juga hablum min al nas dalam wujud saling silaturrahmi untuk meminta maaf kepada sesama manusia. 

Orang yang seperti ini maka digambarkan sebagai orang yang kaffah, sempurna. Kehidupannya telah memasuki dunia fitrah, suci dalam konsepsi keberagamaan. Sebab itu, ada juga yang mengatakan bahwa ketupat atau kupat itu berasal dari kata laku papat . Laku  artinya perbuatan , papat  artinya empat. Kempat perbuatan yang hanya dilakukan pada bulan Ramadhan sampai 1 Syawal itu adalah: puasa Ramadhan, tarawih, zakat, dan shalat Ied.

Tradisi menyajikan ketupat pada hari Lebaran, bukan hanya ada di Indonesia. Di Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina, juga Kepulauan Cocos (di Australia) ternyata ketupat juga dibuat saat merayakan lebaran.

Dirangkum dari berbagai sumber