Memberi Teguran di Depan Orang Lain


Di antara bukti ketulusan cinta, etika dan hak ukhuwah adalah memberi nasihat kepada saudaramu apabila ia melakukan kemungkaran, maksiat atau kesalahan, dengan tujuan agar kembali kepada kebenaran sekaligus terhindar dari ancaman kemurkaan dan siksa Allah Subhanahu wa Ta'ala. Namun demikian, nasihat tidak boleh dilakukan secara terbuka di tengah-tengah keramaian manusia, kecuali jika ada alasan yang mendesak, karena semua orang sepakat bahwa nasihat di tengah keramaian sangat tidak disukai, semua orang tidak suka jika keburukan-keburukannya dibuka di depan umum. Lebih dari itu, menasihati atau menyebut kesalahan seseorang di muka umum merupakan penyebab cepat pudarnya rasa cinta dan mudah menanam bibit-bibit permusuhan, karena merasa dicemarkan dan dihina, juga dapat menimbulkan sifat keras kepala dan nafsu untuk membalas dendam.

Hal ini diungkapkan oleh Imam Syafi'i dalam puisinya:
nasihatilah diriku di kala aku sendiri
jangan kaunasihati aku di tengah keramaian
karena nasihat di muka umum
adalah bagian dari penghinaan yang tak suka
aku mendengarnya
jika engkau enggan dan tetap melanggar kata-kataku
maka jangan menyesal jika aku enggan menurutimu

Lain halnya ketika seseorang dikritik dan dinasihati dalam keadaan menyendiri, ia akan lebih menerima, mampu mema-hami permasalahan dengan jelas, dan tertarik kepadamu. Karena Anda telah memberi suatu pertolongan, bahkan layanan dalam bentuk nasihat dan koreksi atas kesalahan yang dilakukannya.

Beberapa orang ingin melihat hasil dari usahanya secepat kilat, sehingga berharap agar orang yang dinasihatinya mau berubah seketika. Jika tidak demikian, ia beranggapan bahwa nasihatnya telah gagal, atau terus berupaya menekan orang yang dinasihati, sehingga lebih mirip perdebatan. Karena ia beranggapan bahwa orang yang dinasihati itu tidak mengerti nasihat yang diberikannya, atau belum menerima nasihat itu.

Seorang pemberi nasihat yang memiliki penilaian seperti itu adalah salah. Karena sudah menjadi tabiat umum manusia, mereka enggan mengakui kesalahan secara langsung, melainkan memerlukan banyak waktu untuk berpikir, atau mencari kesempatan untuk kembali. Jika anda sedang menasihati seorang sahabat, maka jangan mengejek kesalahannya, karena mengejek suatu perbuatan dosa yang telah dilakukan, sama sekali bukan nasihat, melainkan suatu perbuatan hina dan merupakan perilaku orang yang tidak takut terjerumus dalam su'ul-khatimahi (keburukan pada akhir masa hidup). Perilaku ini dapat berakibat buruk bagi pelakunya. Sebuah pepatah klasik mengatakan: "Siapa menghina saudaranya karena berbuat dosa, ia tidak akan mati kecuali setelah terjebak di dalam dosa yang sama."