Mustafa Kamal (Nominator Polling INILAH.COM) - Membangun Daya Kritis Sejak Dini


Tak seperti pemilu 1998 silam yang begitu bereuforia, kini carut marut dunia perpolitikan telah membuat masyarakat tak berempati lagi pada partai politik. Kondisi ini juga dirasakan Ketua Fraksi PKS Mustafa Kamal.

"Saya merasa asing dengan perpolitikan belakang ini dibandingkan 1998. Dulu kita bercita-cita agar perpolitikan Indonesia lebih baik. Sekarang ini yang ada distorsi-distorsi. Orang berpolitik di era anti politik. Dulu harapan orang mengebu-gebu kepada parpol sekarang kecewa pada parpol," kata Ketua Fraksi PKS Mustafa Kamal, baru-baru ini.

Pria kelahiran Jakarta, 14 Desember 1969, yang ditemui di ruang kerjanya, baru-baru ini mengaku terjun dalam dunia politik sejak 1998. Politisi PKS ini ingin pemilu 2009-2014 ini kembali seperti 1998. Dimana masyarakat sangat bereforia terhadap parpol.

"Pada 2009-2014 selain ada regenerasi ditingkat nasional, kita berhasil membangun jati diri. Saya tidak mengatakan semua buruk, kita harus pastikan semuanya baik bagi arah perkembangan bangsa. Ini yang menjadi PR besar ditingkat nasional.”

Politik, lanjut pria yang sempat menduduki posisi penting di kepengurusan PKS menilai, pada akhirnya harus memberikan pelayanan kepada masyarakat luas dan manfaat kemasyarakatan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.

Menurut Mustafa, pada pemilu 1998 dirinya melihat secara dekat bagaimana eforia terjadi. Bagaimana metamorfosis terjadi, kekuatan parpol lama membentuk partai-partai baru namun orangnya lama dan ada juga partai-partai baru yang ikut serta.

Mustafa menjabat sebagai Wakil Sekjen DPP Partai Keadilan, kemudian masih dipartai yang sama pada periode 1998-2000, Mustafa menjabat Ketua Departemen Kepeloporan Pemuda DPP Partai Keadilan.

Namun karena tak lulus parliamentary treshold (PT) pada 1998, Partai Keadilan bermetamorfosis menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). PKS pun terus berkembang hingga mendapatkan kursi di DPR.

Ia pun mengaku menduduki beberapa jabatan di PKS di antaranya menjadi Ketua Departemen Kepeloporan Pemuda DPP Partai Keadilan Sejahtera (2000-2005), Sekretaris Fraksi PK Sejahtera (2006-2009), Anggota MPP PK Sejahtera (2005-sekarang), Ketua Bidang Kebijakan Publik DPP PK Sejahtera (2009-sekarang) dan Ketua Fraksi PK Sejahtera (2009-sekarang).

Sementara terkait karir berpolitiknya di DPR RI, Mustafa telah mengalami duduk di tiga komisi yakni Komisi IX, XI dan VI. Pria jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia ini mengaku minatnya terhadap dunia perpolitikan Indonesia sudah muncul sejak kecil.

"Ini karena semenjak kecil, kalau melihat perjalanan hidup saya dari TK, SD sampai sekarang jadi ketua terus. Antara bakat tadi akhirnya bertemu dengan momentum-momentum," ujarnya.

Semenjak SMP, lanjut dia dirinya mulai melakukan perbandingan sejarah dengan realita perpolitikan. Dengan modal membaca buku-buku milik sang kakek.

Dibangku SMA dirinya mulai mengikuti kegiatan kepemudaan dan keislaman yang pada akhirnya membentuk daya kritisnya. Diperkuat lagi saat duduk dibangku kuliah. Kegiatan yang digeluti ketika masa-masa perkulihaan dan seterusnya di antaranya Ketua Senat Fakultas Sastra UI tahun 1993-1994 dan Komisi Litbang SM-UI tahun 1994-1995.

Juga Manajer Bursa Koperasi Mahasiswa FS-UI 1992, Litbang Studi Klub Sejarah FS-UI, 1991, Deklarator Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) tahun 1998 dan akhirnya ikut mendirikan partai Keadilan.

Walaupun mengaku selalu sibuk, bapak lima anak ini terus mendapatkan dukungan dari keluarga. Istri dan anaknya selalu ikut mendampingi saat dirinya harus berkerja.

"Saya biasa mengajak anak-anak saya dari kecil untuk mengikuti kegiatan saya ke daerah-daerah, jadi wisata mereka adalah jalan-jalan itu, bisa pergi ke pelosok negeri. Mereka bermain bersama saya dalam perjalanan itu, sekarang semakin besar sudah tahu risikonya," tuturnya.

Menurut mantan dosen UI ini, dengan membawa anak-anaknya bekerja setidaknya mengajarkannya memahami profesi ayahnya. Jadi mereka tidak lagi menanyakan kenapa ayahnya pergi.

Tak hanya itu, sambung dia, mereka juga bisa belajar dengan melihat dunia luar. "Dengan melihat dunia nyata mimpinya akan tinggi dan besar, mimpi besar itu penting, supaya mereka memiliki langkah-langkah besar," ujarnya.

Sudah 12 tahun, Mustafa berkecimpung didunia perpolitikan. Ia pun tak mengetahui sampai kapan dirinya ikut meramaikan perpolitikan nasional. "Itulah perjalanan-perjalanan yang oleh yang maha kuasa merupakan takdir dalam hidup ini,” katanya.

Ia mengakui sejak bersama-sama membangun partai sampai hari ini tak bisa menoleh profesi lain. “Dari 1998 sampai saat ini tidak tahu kapan saya berhenti, saya juga tidak tahu apa yang disebut istirahat," imbuhnya. [mdr]

sumber : www.inilah.com