Masyarakat Sudah Sebegitu Biasa dengan Kebohongan?

By Gerbong (Gerakan Berhenti Berbohong) Pancoran

Kebohongan dan kepalsuan telah menjalar dan menjadi borok di segala lapisan masyarakat. Bahkan di Amerika berdasarkan sebuah survey terpercaya,didapatkan angka 91% dari warganya terbiasa berbohong. kebohongan adalah bagian dari hidup manusia sehari-hari. Bohong sama sekali bukan peristiwa yang luar biasa atau langka saat ini. Dalam sebuah penelitian yang lain, ditemukan bahwasanya dalam seminggu seseorang melakukan kebohongan antara 0 atau tidak sama sekali, sampai 46 kali kebohongan. Artinya ada orang yang melakukan kebohongan rata-rata sampai 6 kali dalam sehari. Penelitian tersebut juga menemukan bahwa masyarakat umumnya melakukan kebohongan minimal 1 kali dalam satu hari interaksi dengan orang lain. Mahasiswa melakukan rata-rata 2 kebohongan setiap hari. Mereka berbohong 1 kali dalam setiap 3 kali interaksi. Artinya sepertiga interaksi yang dilakukan mengandung kebohongan. Luar biasa bukan?

Tentunya ada alasan mengapa bohong secara masif dilakukan, bahkan oleh semua kelompok umur. Satu yang pasti adalah karena bohong dirasakan menguntungkan, baik bagi pelakunya maupun bagi kehidupan sosial. Keuntungan bagi pelaku kebohongan sangat jelas, entah itu untuk keuntungan psikis maupun keuntungan material. Dalam interaksi sosial, bohong menjadi sarana bagi seseorang untuk melakukan manajemen kesan, mengatur emosi, dan memberikan dukungan sosial. Lalu apa keuntungan bagi kehidupan sosial?

Kebohongan dalam masyarakat rupa-rupanya menjaga terciptanya lingkungan sosial yang erat. Bohong merupakan perantara bagi banyak orang untuk menunjukkan dukungan sosial kepada yang lainnya. Pada saat kesusahan, berbagai basa basi menunjukkan perhatian dan keprihatinan, yang tentunya banyak mengandung kebohongan, diucapkan. Tidak lain untuk menunjukkan adanya saling dukung dalam masyarakat. Dan semua orang mahfum belaka adanya kebohongan itu.

Bohong juga dilakukan untuk menciptakan keteraturan dan menjamin bahwa tata krama dalam masyarakat diterapkan. Bayangkan, jika seseorang selalu mengatakan apa adanya pendapat pribadinya pada orang lain, maka yang ada hanyalah geger sosial. Apa mungkin Anda mengatakan jelek anak tetangga Anda yang memang jelek, di depan orangtuanya? Lha, kalau mengatakan begitu Anda bakal tidak punya teman. Semua tetangga bakal menghindari Anda.

Keramahtamahan jangan-jangan juga sering dihiasi ketidakjujuran. Mempersilakan mampir seseorang, padahal hati tidak ingin orang itu mampir, hal biasa bukan? Tapi toh setiap orang telah mahfum, bahwa ramah-tamah semacam itu, tidaklah bermaksud sungguhan, sehingga ya menolak. Jikalau menerima tawaran untuk mampir, malah mungkin dianggap kurang ajar.

Ulasan di atas bukan maksud untuk menyuruh atau menyetujui saudara – saudara untuk melakukan tindakan berbohong. Anda perlu tahu kata bijak ini " JIKA ANDA BERBOHONG DAN ANDA TIDAK MAU MERUBAH TABIAT SUKA BOHONG..MAKA HIDUP ANDA TIDAK AKAN PERNAH BERBAHAGIA...". Memang tak bisa dipungkiri dan tidak terbantahkan kita semua pasti pernah berbohong, namun kita harus sadar bohong adalah penyakit, penyakit akut yang sangat berbahaya, saya ulangi lagi SANGAT BERBAHAYA. Mengapa kebiasaan berbohong sangat berbahaya? dan bagaimana cara anda supa tidak berbohong lagi? ini tipsnya:

1. Tanamkan dalam benak anda bahwa kebohongan adalah penyakit jiwa, jika anda ingin berbohong, INGAT ANDA SAKIT JIWA.

2. Jika ada peluang untuk berbohong ingat satu hal....orang yang menyayangi anda akan berbohong pula, keturunan anda juga akan ikutan suka berbohong, cucu anda juga.

3. Jika anda ingin berbohong, INGATLAH AKHIR DARI KEBOHONGAN ADALAH SENGSARA.

4. INGAT SATU HAL BAHWA TIDAK ADA KEBAHAGIAAN DENGAN KEBOHONGAN.

5. hitung berapa kali anda berbohong sehari ini, jika lebih dari 3 kali anda SUDAH SAKIT JIWA.

6. TANAMKAN DALAM HATI, JIKA HARI INI SAYA TIDAK AKAN BERBOHONG LAGI, jika ada peluang berbohong, maka DIAM...DIAM dan DIAM

7. NIATKAN DENGAN KERAS DALAM HATI, AKU BUKAN PENDUSTA, JIKA ANDA SEKALI BERBOHONG ANDA AKAN MENJADI PENDUSTA SEJATI.


Dari beberapa sumber
1. http://manajemenemosi.blogspot.com
2. http://psikologi-online.com