Menteri BUMN, Mustafa Abubakar : BUMN Tower akan dibangun di Pancoran


Kementerian Badan Usaha Milik Negara berencana akan membangun Menara BUMN (BUMN Tower). Menurut Menteri BUMN Mustafa Abubakar, BUMN Tower tersebut akan dibangun di lokasi Markas Besar TNI Angkatan Udara di Pancoran, Jakarta. "Itu kan tanahnya milik RNI (Rajawali Nusantara Indonesia/persero)," kata dia di Kementerian BUMN, Jakarta (28/01). Kendati demikian, dia mengakui, lokasi tersebut juga belum final sebab tergantung RNI. "Kita lihat nanti, RNI mau atau tidak menyerahkan tanah untuk pembangunan itu," tutur Mustafa.
Meski rencana pembangunan BUMN Tower masih dalam tahap pengkajian, namun Mustafa menegaskan, pembangunan proyek menara ini akan dikerjakan secara serius. Adapun pihak yang berminat membangun BUMN tower ini adalah Grup Ciputra, pengusaha Tommy Winata, PT Adhi Karya Tbk, dan Dana Taspen yang telah menyerahkan proposal.
Model pembangunan menara tersebut, katanya, dilhami oleh Pancasila. "Ada usulan membangun lima tower seperti pada pancasila. Nantinya, tower itu bernama Panca Menara," kata Mustafa.
Soal sumber dana masih dibahas. Mustafa menegaskan bahwa sampai sekarang Kementerian BUMN belum menetapkan berapa biaya yang akan dikeluarkan. "Ini masih ide, belum masuk kedalam program, masih kita kaji," ujar dia.
Mustafa menuturkan, Menara BUMN ini diharapkan dapat menyatukan kantor-kantor BUMN yang selama ini terpisah, sehingga bisa menciptakan efisiensi biaya operasional kementerian. Ia juga berharap, semua BUMN bisa memberi kontribusi dalam proyek BUMN Tower tersebut.
Pembangunan Menara BUMN tersebut patut dipertanyakan dari sisi peruntukannya. Sekarang pentingnya untuk apa? Pembangunan tower, gedung perkantoran, mal, restoran, dan lain-lain sudah banyak di Jakarta. Sebagai sebuah mega proyek yang digalang kementerian BUMN, seharusnya Menara BUMN bisa memberikan multiplier effect bagi peningkatan kinerja para BUMN. Yang menjadi prioritas seharusnya kinerja BUMN tersebut dulu, masalah tower itu bisa belakangan. Senada dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang meminta agar BUMN tidak manja, harus memiliki keuntungan, dan bisa kompetitif dengan swasta. Dari 141 BUMN yang ada masih banyak BUMN yang masih di bawah standar. Beberapa BUMN yang di masih merugi diantaranya adalah PT PAL Indonesia, PT Dirgantara Indonesia, PT Industri Sandang Nusantara (Insan), PT Asuransi Kredit Indonesia, PT Pelni, PT Balai Pustaka, dan PT Kertas Leces, PTPN XIV dan yang lainnya. Selain itu ada 21 BUMN yang terus mengalami kerugian selama 3 tahun dalam 5 tahun belakangan. Pada umumnya BUMN – BUMN yang rugi tersebut menunjukkan kelemahan dalam bersaing, alat produksi yang uzur, kesulitan finansial termasuk hutang dan likuiditas yang seret. Tengok saja perusahaan yang begitu familiar dan menjadi andalan publik dalam tranportasi laut, PT Pelayaran Nasional Indonesia atau PELNI. Perusahaan senior tersebut dinilai kalah bersaing dengan moda tranportasi lainnya terutama pesawat udara yang unggul dalam kecepatan dan harga tiket. Armada yang menua serta biaya bahan bakar juga membebani. Apalagi load factor juga rendah. Sementara baru sembilan dari 141 BUMN yang mampu membukukan capaian laba bersih lebih dari seratus persen dibandingkan tahun 2009.
Ide membangun menara tinggi di Indonesia biasanya tidak terlepas dari keinginan-keinginan untuk membuat ikon dan kebanggaan wilayah saja, bukan untuk meningkatkan kinerja sebuah perusahaan apalagi BUMN. Misalnya pembangunan menara kembar Petronas di Malaysia oleh Mahatir Muhammad adalah demi ikon dan kebanggaan Malaysia saja, just it. Apakah orang miskin juga memang membutuh kebanggaan juga? Bukankah keuntungan BUMN tersebut harus digunakan untuk sebesar – besarnya kemakmuran rakyat. Yang menjadi pertanyaan lagi adalah kenapa dibangunnya harus di Pancoran Jakarta, kenapa tidak di tempat lain?. Daerah pancoran dalam kesehariannya merupakan daerah titik rawan kemacetan, bisa dibanyangkan kalau ditambah 5 tower BUMN berada di sekitar perempatan pancoran tersebut, dapat dipastikan akan lebih parah macetnya, bukannya mengurangi kemacetan justru akan menambah kemacetan.