Ledia Hanifa Amaliah (Nominator Polling INILAH)


Jejak Ledia Hanifa Amaliah menjadi politisi di DPR patut menjadi model bagi kaum perempuan yang ingin berkiprah di dunia politik. Meski menjadi politisi namun tak meninggalkan kodratnya sebagai perempuan.

Profil Poling Politisi Senayan Terpopuler

"Bisa-bisa saya didemo anak-anak," ujar Ledia, saat ditanya tentang komunikasi dengan anak-anaknya. Ia mengaku meski menjadi politisi tetap berperan sebagai ibu dari empat anaknya. Menurut perempuan berjilbab ini, keputusan terjun ke dunia politik melalui diskusi yang panjang dengan keluarga baik suami maupun anak-anaknya.

Terkait anak-anak, Leida mengaku dirinya telah memberi pengertian terkait aktivitasnya di luar rumah. Ia mengaku telah memperkenalkan politik sejak kecil kepada empat puteranya. "Sejak kecil sudah diperkenalkan. Alhamdulillah, anak-anak sekarang sudah besar," katanya.

Perempuan yang lahir di Jakarta, 30 April 1969 ini mulai terjun ke dunia politik sejak reformasi 1998 bergulir seiring berdirinya Partai Keadilan (PK) yang akhirnya berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

"Dengan masuk ke dunia politik, banyak hal yang bisa dikerjakan, terutama dalam pembuatan produk kebijakan," katanya memberi alasan. Sebelum terjun ke politik praktis, Ledia aktiv di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Magister Psikologi Terapan Universitas Indonesia (UI) ini meyakini dengan terjun ke politik, dapat lebih luas lagi mengabdikan dirinya untuk publik.

Meski baru setahun lebih berkiprah di DPR RI, anggota Komisi IX DPR RI ini mengaku sudah melakukan berbagai upaya untuk kepentingan masyarakat luas. "Seperti mendorong Kementerian Kesehatan untuk menurunkan angka kematian ibu," katanya seraya menambahkan, hal tersebut merupakan kerja kolektif DPR.

Terkait dengan ketenagakerjaan, Ketua Bidang Humas Kaukus Perempuan Parlemen Indonesia ini juga menegaskan, pihaknya mendorong BNP2TKI dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tidak terjadi dualisme dalam mengurus TKI/TKW. "Sekarang tidak ada lagi dualisme antara BNP2TKI dan Kemnakertrans," tandasnya.

Tentu saja, selama setahun lebih berkiprah di parlemen, bagi Leida masih banyak pekerjaan rumah yang belum dikerjakan. Ia bercita-cita membuat program promotif-preventif di bidang kesehatan. "Seperti dalam menekan angka kematian ibu," ujarnya.

Persoalan lainnya terkait kesehatan, Ketua DPP Bidang Kewanitaan PKS ini ini juga menginginkan pendistribusian tenaga kesehatan di daerah dilakukan secara merata. Termasuk revisi UU Kesehatan dan penerbitan UU Keperawatan. "Sedangkan untuk pengiriman TKI ke Luar Negeri harus diperbaiki lagi," cetusnya.

Leida mengaku, soal kesetaraan gender tidak ada masalah di PKS. Menurut dia, dalam praktiknya tidak ada lagi dikotomi laki-laki dan perempuan. Menurut dia, semua kembali kepada kapasitas perseorangan. "Di PKS lebih ditekankan kepada kapasitas. PKS sangat menghargai perempuan," klaimnya.

Jika melihat jejak rekam Leida, memang perempuan berkacamata ini tergolong aktif. Saat ini ia juga tercatat sebagai anggota Forum Parlemen Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan (2009-2014).

Juga menjabat Ketua Departemen Kebijakan Kesehatan, Kependudukan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Bidang Kebijakan Publik DPP Partai Keadilan Sejahtera (2010-2015), dan Anggota Majelis Pertimbangan PP Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia serta Ketua III PP Wanita PUI Ketua Divisi Diklat Kaukus Perempuan Politik Indonesia (2008-2010).

Leida mengaku aktivitas seabrek tak meninggalkan kodrat dirinya sebagai istri dari Bachtiar Sunasto itu. Menurut dia, suaminya cukup mendukung aktivitas politiknya. Ia mengaku pilihan terjun ke dunia politik merupakan hasil kesepakatan yang dibangun dirinya bersama suaminya. "Suami sangat mendukung," akunya.

sumber : www.inilah.com