Kebijakan Terowongan Cikoko Dibuat Satu Arah, Hanyalah Konsep Tambal Sulam
Terowongan Cikoko di
depan Stasiun Cawang akan dibuat satu arah pada pagi dan sore hari untuk
mengurai kemacetan. Terowongan itu akan
dibuat searah pagi dan sore, mulai 10 Agustus 2015 sore diadakan uji coba lebih
dulu. Suku Dinas Perhubungan DKI Jakarta Selatan sudah melakukan sosialisasi
diantaranya dengan pemasangan spanduk di dekat lokasi.
"Kalau pagi dan sore memang macet sekali di terowongan Cikoko itu," ujar Yunus, warga RW02 Cikoko yang juga pengendara sepeda motor.
"Kalau pagi dan sore memang macet sekali di terowongan Cikoko itu," ujar Yunus, warga RW02 Cikoko yang juga pengendara sepeda motor.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Akbar, warga RW01 Cikoko yang juga pemilik bengkel sepeda di jalan Cikoko, “Saya melihat dan mendengar, sambutan para warga di sini mendukung.”
Pelaksanaan jalur
searah di terowongan ini tak diberlakukan sepanjang hari, namun pada jam-jam
sibuk di pagi dan sore hari saja. Pemberlakuan satu arah dari Pengadegan Cikoko
atau Kalibata menuju Tebet itu dilakukan uji coba mulai 10 Agustus 2015.
Selanjutnya sistem satu arah akan diberlakukan pagi hari pukul 05.30-10.00 WIB
dan sore harinya mulai pukul 16.00-20.00 WIB," jelas Kepala Suku Dinas Perhubungan dan
Transportasi DKI Jakarta Selatan Priyanto.
Pada pagi hari, pemberlakuan satu arah dari selatan ke utara alias dari arah Pengadegan Cikoko dan Kalibata menuju ke arah Tebet. Jalur satu arah dari arah Pengadegan atau Kalibata ke arah Tebet ini juga diberlakukan pada sore harinya. Di luar jam-jam tersebut, arus lalu lintas tetap diberlakukan dua arah.
Pada pagi hari, pemberlakuan satu arah dari selatan ke utara alias dari arah Pengadegan Cikoko dan Kalibata menuju ke arah Tebet. Jalur satu arah dari arah Pengadegan atau Kalibata ke arah Tebet ini juga diberlakukan pada sore harinya. Di luar jam-jam tersebut, arus lalu lintas tetap diberlakukan dua arah.
Kebijakan ini adalah
kebijakan tambal sulam untuk mengatasi kemacetan di Jakarta yang tidak kunjung
usai. Kebijakan ini menunjukan bahwa
untuk mengatasi macet Jakarta itu tidak bisa selesai dengan sesuap janji
kampanye ataupun sebuah wacana.
Kita lihat wacana
pembangunan terowongan multifungsi (deep tunnel) di Ibu Kota yang sampai
sekarang belum jelas dan bak ditelan bumi. Gembar – gembornya megaproyek ini
bisa untuk menekan kemacetan dan menanggulangi banjir di Jakarta. Sesumbarnya
deep tunel ini dinilai akan lebih efektif dalam mengatasi banjir ketimbang
normalisasi waduk, dengan alasan pemanfaatan ruang bawah tanah yang tidak
memerlukan pembebasan lahan. Terowongan multifungsi ini konon akan melintasi
Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, hingga Pluit, Jakarta Utara, dengan panjang 19
km. Kabarnya juga, sudah ada sejumlah calon investor yang datang, baik asing
maupun investor lokal. Namun sampai
detik ini, sesumbar itupun menguap tidak jelas.
Saat itu Pemprov
tetap ngotot, Pemprov berdalih bahwa proyek bisa berjalan tanpa menggunakan APBN ataupun APBD sedikitpun
dalam pengerjaannya, melainkan hanya butuh dana dari investor atau pihak
swasta. Namun setelah sekian lama, pada akhirnya elite pemrov mulai mengakui
kesulitannya, elit Pemprov mengatakan, “Megaproyek tersebut tidak semudah makan tempe goreng langsung
masuk mulut". Dan akhirnya banyak pihak kini tahu bahwa deep tunnel
merupakan konsep lama yang belum jelas, namun coba direpublish lagi oleh para
elit, yang mungkin salah satu tujuannya hanya untuk mengalihkan perhatian
sesaat saja. Akhirnya elit Pemprov
sepakat, deep tunnel ternyata lebih besar biayanya dari pada manfaatnya.
Juga wacana tentang pembatasan
kendaraan ganjil-genap. Bahkan, Gubernur saat itu sudah berani
menyebut-nyebut bahwa kebijakan baru tersebut akan mulai berlaku 1
Januari atau Maret 2013. Oleh karenanya kemudian Pemprov DKI pun
menggelontorkan dana sebesar Rp 12,5 miliar untuk membuat stiker nomor
kendaraan ganjil genap. Gubernur DKI Jakarta saat itupun mengaku siap naik
transportasi massal jika kendaraan dinasnya memenuhi kriteria ganjil atau
genap. Namun setelah melewati bulan Januari maupun Maret 2013 seperti yang
sudah dijanjikan, kemudian janji itupun diralat, bahwa ganjil-genap baru bisa
diterapkan di akhir Juni 2014. Sampai akhir Juni 2014, ternyata juga sama,
hanya pepesan kosong.