Amankah Jakarta Dari Musibah Kekeringan ?



Kondisi El Nino mengakibatkan terjadinya perubahan pada peredaran massa udara yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan-awan hujan di Indonesia yang kemudian berakibat pengurangan jumlah curah hujan yang signifikan di Indonesia. Seperti diketahui, BMKG memprediksi fenomena El Nino akan menguat mulai Agustus hingga Desember 2015. Hal inilah yang menyebabkan musim kemarau di Indonesia bisa mungkin terjadi hingga November 2015.

Ini artinya sampai akhir tahun ini, musim kemarau masih belum akan beralih ke musim hujan. Dampak kekeringan saat ini yang bisa kita lihat adalah kekeringan pada tumbuh-tumbuhan dan tanaman di beberapa wilayah Ibukota Jakarta. Secara garis besar yang terkena dampak seluruhnya, namun wilayah terparah terkena dampak kekeringan adalah di Jakarta Utara dan Jakarta Timur. Wilayah Jakarta Utara yang terkena dampak kekeringan adalah seperti ‎Sunter, Kelapa Gading, Pademangan, dan juga Pluit.  Sementara untuk Jakarta Timur ada di Jalan Pemuda dan Jalan Pramuka. Selain itu di sepanjang Jalan Kampung Rambutan, Jalan Baru hingga Pasar Rebo, Jakarta Timur kondisinya juga kian bertambah parah, lantaran alat penyiram otomatis atau springkle rusak parah.

Sejumlah rumput dan tanaman di sejumlah taman di Jakarta Utara mengalami kekeringan. Bahkan, tak sedikit tanaman tersebut kering dan mati. Bisa dilihat di Taman Rawa Badak Utara, Jl Yos Sudarso, dan juga di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Mangga, Jl Plumpang Semper, Cilincing, Jakarta Utara. Rumput - rumput mulai berubah warna coklat kekuningan, tanaman bunga juga banyak yang layu, daun – daun berguguran dan berserakan. Puluhan ribu tanaman kondisinya mengenaskan, sekitar 5000 tanaman di Jalan Perintis Kemerdekaan mengalami kekeringan. Kondisi ini mengakibatkan hilangnya keindahan dan keasrian bagi Jakarta.

Sebanyak 70 hektare (ha) lahan sawah di Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara juga diberitakan mengalami kekeringan sehingga petani mengalami gagal panen dan terpaksa menelantarkan lahannya. ‎Sudah diupayakan mengairi sawah dari Kali Banjir Kanal Timur (BKT), namun karena kali juga menyusut dan penuh lumpur, maka pemompaan tidak efektif,  Akibatnya, petani mengalami kerugian Rp 25 juta per ha. Petani harus menunggu hingga akhir tahun ini untuk kembali menanam, guna mencegah kerugian yang lebih besar. Meski bisa saja, mereka mengganti menanam tanaman pengganti seperti kangkung dan sayuran lainnya, namun keuntungan dengan ongkos perawatan tidak sebanding  Petani juga sudah mengirim surat kepada instansi terkait namun belum ada tanggapan positif. Para petani membutuhkan bantuan berupa mesin pompa ‎untuk mengairi sawahnya.

Sementara di Jakarta Barat dari 270 taman di wilayah Jakbar, sekitar 30 persen di antaranya mengalami kekeringan. Beberapa taman yang kekeringan, di antaranya taman komplek Ambon, taman Puspa, depan kantor Kecamatan Kebon Jeruk, taman Kapuk Dahlia dan lainnya.

Nah untuk masalah ini, Pemprov harusnya bisa melakukan langkah-langkah jangka pendek, misalnya berkoordinasi dengan Dinas Pemadam Kebakaran, untuk bantuan masalah penyiraman taman dan tanaman.  Karena kalau hanya mengandalkan 42 mobil tangki air yang dimiliki Dinas dan Suku Dinas Pertamanan dan Pemakaman untuk seluruh Jakarta, maka tidak akan cukup. Kemudian Pemprov juga bisa melakukan langkah menganti tanaman dengan tumbuhan yang tidak bergantung kepada air dan tahan panas.

Krisis air bersih kini juga mulai melanda warga Jakarta, para penjual air mengeluh karena permintaan banyak tetapi suplai air tidak ada sehingga harga jualnya menjadi sangat tinggi. Hal ini juga yang harusnya menjadi perhatian pemerintah provinsi.  Kondisi air di Waduk Jatilihur pun dikabarkan menurun, sehingga akan mengurangi suplai air minum ke Jakarta. Ketersediaan air minum di Jakarta diperkirakan hanya aman sampai Oktober saja.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mungkin bisa juga mempertimbangkan untuk melakukan hujan buatan, dalam rangka antisipasi mengatasi kekeringan akibat musim kemarau yang diprediksi hingga November 2015. Karena kondisi darurat bisa jadi datang lebih cepat dari perkiraan, sehingga anggaran untuk itu seharusnya sudah disiapkan jauh – jauh hari.  Atau langkah jangka pendek lain yang bisa ditempuh adalah dengan mengirimkan pasokan air melalui Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya ke wilayah – wilayah Jakarta yang mengalami kekeringan. 

Bagus juga kalau warga dihimbau dengan sebuah gerakan, misalnya “Gerakan Satu Gayung” dimana warga menginfakan air satu gayung untuk menyiram tanaman – tanaman di lokasi taman yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Penggalangan gerakan biopori maupun sumur resapan juga harus dimasifkan, pemprov bisa fasilitasi kegiatan – kegiatan berjenis seperti ini. 
 
Sumber : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11