TAHUN 2012 SEBAGAI TAHUN PERLUASAN
Dalam Syura yang diadakan oleh BPH DPC PKS Pancoran pada sabtu (31/12) kemarin, disepakati bahwa tahun 2012 dicanangkan sebagai Tahun Perluasan.
Pada Tahun Konsolidasi (2010) dan Tahun Kerja (2011) kemarin, DPC PKS Pancoran telah membuat program – program yang menitik beratkan pada internalisasi pemahaman dakwah pada diri masing – masing kader. Karena perjalanan panjang yang melelahkan haruslah dibekali dengan ketahanan fikrah (mana’ah fikriyah) dan ketahanan aqidah (manna’ah aqaidiyah). Selain itu, yang dilakukan DPC PKS Pancoran pada tahun tersebut adalah melakukan Itsbatul iltizam (pengokohan komitmen) dan Itsbatul Intima’ (pengokohan afiliasi).
Oleh karenannya adalah tepat kalau pada tahun 2012 ini, DPC PKS Pancoran mencanangkannya sebagai Tahun Perluasan. Dalam tahun ini, seluruh kader diharapkan mampu melakukan proses tausi’ah (ekspansi) penyebaran nilai-nilai kebaikan (dakwah). Pada tahun ini yang dibutuhkan dari para kader adalah tidak hanya kesalehan individual saja, akan tetapi lebih kepada kesalehan sosial ataupun kolektif. Seorang kader PKS Pancoran harus mampu menjadi unsur-unsur perekat sosial yang akan membawa pada ketangguhan sosial.
Dengan dicanangkannya tahun 2012 sebagai Tahun Perluasan, maka kesempatan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat akan mendapat porsi yang semakin besar. Dengan adanya perluasan maka beban yang dipikul oleh para kader juga akan semakin besar, karana ia akan dituntut untuk membangun kehidupan masyarakat yang harmonis, melalui pembangunan tatanan kehidupan masyarakat, memelihara aset-aset kebaikan di masyarakat dan memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat. Karenanya peningkatkan kapasitas diri kader guna mengemban amanah yang lebih besar merupakan keharusan. Momen tahun Perluasan ini akan menuntun kita (kader) untuk lebih serius dan cerdas serta mempunyai kesiapan total untuk berpartisipasi dalam seluruh agenda ummat menuju rahmatan lil ‘alamin.
Mengambil pelajaran dari Sejarah Rasulullah SAW, maka perluasan itu haruslah tidak terikat dengan kewilayahan, suku, ras dan kebangsaan. Perluasan harus dapat menggambarkan orientasi yang tidak jumud, namun dinamis serta akseleratif. Dibutuhkan kecerdasan situasional dan keberanian, serta pengorbanan dari setiap level masyarakat dan individu untuk berpartisipasi dalam optimalisasi potensi ummat menuju pencapaian prestasi – prestasi (kemenangan).
PKS sebagai partai dakwah, memang sudah barang tentu selalu berpikiran ekspansif, selalu obsesif dengan semangat dakwah dan perubahan ke arah yang lebih baik. Perluasan dan pengembangan dakwah adalah hal yang akan senantiasa terus terjadi. Para kader mesti berpandangan dan bersikap "nothing to loose", artinya bahwa pemilik mutlak dakwah ini adalah Allah SWT. Para kader juga meyakini bahwa setiap perubahan yang terjadi di segala bidang kehidupan adalah "under scenario of Allah". Karena hanya Allah SWT saja yang dapat memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang Dia kehendaki dan mencabut kekuasaan dari siapa yang Dia kehendaki.
Sehingga pertimbangan-pertimbangan untuk perluasan haruslah tetap dalam konteks sebagai partai dakwah, tetap dalam konteks amar ma'ruf, nahi munkar. Jadi segala yang terkait baik dengan proses perluasan hendaklah memperhatikan kaidah "nahnu du'aat qoblaa kulli sya'i", ingatlah bahwa kita adalah da'i sebelum bertindak sesuatu.
Dalam sejarah, kita mencatat bahwa tidak ada perluasan (ekspansi) dakwah spektakuler yang melebihi masa kekhalifahan Umar bin Khathab. Dalam masa 10 tahun (telah mengalahkan 18 negara secara beruntun), dan dalam waktu kurang dari enam bulan terjadi ekspansi dakwah secara berkelanjutan (istimrar). Ketika memimpin upacara penugasan dakwah, kala itu, khalifah Islam kedua ini berpesan, “Fii ayyi ardhin tatho’ anta masulun ‘an islamiha” (Di bumi manapun kakimu menginjak kalian bertanggungjawab untuk mengislamkan dan menjaga kebenaran Islam penduduk setempat). Sejak zaman beliau Islam akhirnya makin menyebar ke seluruh dunia hingga di kepulauan Nusantara.
Begitulah para pendakwah sejati yang kita reflesikan pada para kader saat ini, mereka tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan. Kisah heroik perjuang dakwah para pendahulu kita perlu dijadikan ibrah (pelajaran) dan ‘ubur (jembatan menuju kesuksesan). Tugas kita adalah melanjutkan perjuangan dakwah mereka, mencontoh akhlaq dakwah mereka, mengawal kebenaran Islam dan memperbaiki sisi-sisi tertentu yang perlu disesuaikan dengan tantangan dakwah kontemporer.