Koreng Politik
Semua caleg parpol saat ini sedang berusaha memberikan penampilan dan perilaku mereka yang terbaik, tingkahnya sopan, senyum tulus, sapanya pun santun. Mereka yang kurang bisa dengan hal ini pun dikursuskan dan disewakan konsultan ahli untuk mengupgrade penampilan atau komunikasi mereka. Pokoknya sampai pemilu tiba, semuanya harus bisa menarik di depan konstituen, mereka harus bisa memberikan kesan yang baik, sopan, dan menarik. Tidak peduli berapa pun biaya yang harus dikeluarkan. Simpati, senyum, salam dan sapa pun ditebar ke penjuru seluruh negeri, tidak siang tidak malam, tidak dingin tidak panas, di gunung maupun dilaut semuanya harus menarik untuk masyarakat.
Iklan harus yang dibuat harus terkesan pro rakyat, menyuarakan aspirasi rakyat, jasa – jasa baik yang pernah dilakukan semuanya harus diobral disemua media, kalau perlu ditambah – tambahin juga tidak apa - apa.
Kesalahan – kesalahan atau pun dosa – dosa yang pernah ia lakukan sebisa mungkin dihilangkan, dilupakan, ditutupi, serta disembunyikan sedemikian rupa sampai hanya kesan baik saja yang kelihatan.
Tetapi masyarakat tentunya punya nurani, punya pengalaman, punya perasaan, punya kesan tentang diri para caleg atau capres yang ada. Nurani, perasaan, kesan dan pengalaman akan sangat sulit dihilangkan (dilupakan), apalagi jika pengalaman, perasaan, dan kesan itu sampai menyebabkan trauma yang mendalam. Kebanyakan caleg parpol sekarang berisi muka – muka lama, dimana muka – muka lama ini banyak yang hanya berganti baju saja karena saat ini mereka meloncat sana – sini mencari pijakan yang kira – kira pas. Begitu pula calon – calon presiden yang muncul sekarang, hampir semuanya sebenarnya orang – orang lama, ada yang naik kendaraan lama ada juga yang baru. Mereka adalah para alumni petinggi di negeri ini, eks para penguasa negeri ini. Ada yang pernah menjadi penguasa di negeri ini, ada bekas penguasa di tubuh militer, penguasa di kabinet, penguasa di ekonomi, dan lain sebagainya. Sewaktu mereka memegang pekerjaan dulu tentu masyarakat bisa merasakan bagaimana mereka bekerja dsaat itu. Kita bisa tengok kondisi bangsa ini saat mereka memegang jabatan – jabatan tersebut di negeri ini, mereka sangat menikmati menjadi petinggi – petinggi di negera ini. Tetapi masyarakat tentunya tidak begitu saja menghilangkan ingatan, perasaan , kesan, ataupun trauma yang pernah mereka rasakan selama para orang – orang tersebut berkuasa di negeri ini. Kita bisa rasakan waktu itu ada penculikan aktivis, ada penangkapan ustadz, ada kerusuhan mei 98, ada penjualan indosat, ada penjulan bank, ada BLBI, ada korban lumpur lapindo, ada kenaikan BBM, Century, Hambalang, dan lain sebagainya. Masyarakat tentu tidak bisa langsung dibohongi begitu saja, apalagi bagi mereka yang benar – benar menjadi korbannya. Mereka akan tetap bisa melihat koreng – koreng politik mereka walaupun para mantan petinggi itu menutupinya dengan setumpuk kebaikan yang ia lakukan hari ini. Noda – noda hitam itu akan tetap bisa kelihatan walaupun bedak yang ia taburkan untuk menutupinya sangat tebal. Demikian juga parpol, ini bisa dilihat dari berbagai sikap dan sepak terjang para anggota legistlatifnya yang banyak mengkhianati rakyat. Masih hangat dalam pikiran kita beberapa kasus yang terjadi dengan anggota DPR kita, ada baku hantam di gedung DPR, ada skandal seks, ada yang korupsi, ada yang suka bolos, ada yang suka tidur dan lain - lain. Itu semuanya meruapakan koreng - koreng politik yang mereka ciptakan sendiri. Semakin banyak aksi mereka yang tidak mewakili rakyat maka akan semakin banyak pula koreng – koreng politik yang mereka ciptakan pada diri mereka.
Iklan harus yang dibuat harus terkesan pro rakyat, menyuarakan aspirasi rakyat, jasa – jasa baik yang pernah dilakukan semuanya harus diobral disemua media, kalau perlu ditambah – tambahin juga tidak apa - apa.
Kesalahan – kesalahan atau pun dosa – dosa yang pernah ia lakukan sebisa mungkin dihilangkan, dilupakan, ditutupi, serta disembunyikan sedemikian rupa sampai hanya kesan baik saja yang kelihatan.
Tetapi masyarakat tentunya punya nurani, punya pengalaman, punya perasaan, punya kesan tentang diri para caleg atau capres yang ada. Nurani, perasaan, kesan dan pengalaman akan sangat sulit dihilangkan (dilupakan), apalagi jika pengalaman, perasaan, dan kesan itu sampai menyebabkan trauma yang mendalam. Kebanyakan caleg parpol sekarang berisi muka – muka lama, dimana muka – muka lama ini banyak yang hanya berganti baju saja karena saat ini mereka meloncat sana – sini mencari pijakan yang kira – kira pas. Begitu pula calon – calon presiden yang muncul sekarang, hampir semuanya sebenarnya orang – orang lama, ada yang naik kendaraan lama ada juga yang baru. Mereka adalah para alumni petinggi di negeri ini, eks para penguasa negeri ini. Ada yang pernah menjadi penguasa di negeri ini, ada bekas penguasa di tubuh militer, penguasa di kabinet, penguasa di ekonomi, dan lain sebagainya. Sewaktu mereka memegang pekerjaan dulu tentu masyarakat bisa merasakan bagaimana mereka bekerja dsaat itu. Kita bisa tengok kondisi bangsa ini saat mereka memegang jabatan – jabatan tersebut di negeri ini, mereka sangat menikmati menjadi petinggi – petinggi di negera ini. Tetapi masyarakat tentunya tidak begitu saja menghilangkan ingatan, perasaan , kesan, ataupun trauma yang pernah mereka rasakan selama para orang – orang tersebut berkuasa di negeri ini. Kita bisa rasakan waktu itu ada penculikan aktivis, ada penangkapan ustadz, ada kerusuhan mei 98, ada penjualan indosat, ada penjulan bank, ada BLBI, ada korban lumpur lapindo, ada kenaikan BBM, Century, Hambalang, dan lain sebagainya. Masyarakat tentu tidak bisa langsung dibohongi begitu saja, apalagi bagi mereka yang benar – benar menjadi korbannya. Mereka akan tetap bisa melihat koreng – koreng politik mereka walaupun para mantan petinggi itu menutupinya dengan setumpuk kebaikan yang ia lakukan hari ini. Noda – noda hitam itu akan tetap bisa kelihatan walaupun bedak yang ia taburkan untuk menutupinya sangat tebal. Demikian juga parpol, ini bisa dilihat dari berbagai sikap dan sepak terjang para anggota legistlatifnya yang banyak mengkhianati rakyat. Masih hangat dalam pikiran kita beberapa kasus yang terjadi dengan anggota DPR kita, ada baku hantam di gedung DPR, ada skandal seks, ada yang korupsi, ada yang suka bolos, ada yang suka tidur dan lain - lain. Itu semuanya meruapakan koreng - koreng politik yang mereka ciptakan sendiri. Semakin banyak aksi mereka yang tidak mewakili rakyat maka akan semakin banyak pula koreng – koreng politik yang mereka ciptakan pada diri mereka.
Setiap mereka melakukan dosa politik, kejahatan politik maupun pengkhianatan politik maka pada saat itu pula mereka memunculkan pada diri mereka koreng – koreng politik. Saat ini mereka meminta maaf, melakukan pemulihan nama baik, melakukan rekonsiliasi, tebar pesona atau melakukan aksi apapun untuk membersihkan dosa – dosa politik mereka, namun ini hanya akan menyembuhkan koreng politik saja, tetapi tetap bekasnya mereka tidak bisa sembunyikan. Mereka bisa menyembuhkan koreng – koreng politik tersebut dengan aksi - aksi kebaikan yang mereka tebarkan tersebut, tetapi mereka tidak bisa sama sekali menghilangkan bekas dari koreng tersebut, noda hitam bekas koreng tetap masih akan kelihatan.