MENGADUKAN SURAT KALENG KEPADA KPK : SINYAL RESHUFFLE UNTUK PKS DARI PRESIDEN SBY LEWAT DIPO ALAM

Informasi yang dikumpulkan dari berbagai media, menyebutkan ada tiga kementerian yang dilaporkan oleh Dipo kepada KPK yaitu  Kemenhan, Kementan, dan Kemendag. Dari tiga kementrian yang dilaporkan Dipo Alam, hanya satu kementrian yang menterinya dari Parpol yaitu Kementrian Pertanian, kementrian yang dinahkodai oleh kader PKS yaitu Suswono. Sisanya adalah kementerian yang dipimpin oleh professional, yaitu kementrian Perdagangan dan kementrian Pertahanan.
 
Dari ketiga kementrian yang dilaporkan Dipo alam, ada satu kesamaannya yaitu sama – sama sumber awalnya dari Surat Kaleng. “Surat seperti itu bukan hal yang baru, itu hal lama. Kami sebut surat itu Surat Kaleng" kata Mari yang kini menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Demikian juga menurut Menteri Pertanian Suswono, laporan Dipo yang menyebut ada kongkalikong itu bersumber dari surat kaleng. Dan ini diamini oleh Dipo Alam sendiri, “Memang benar, pengantarnya surat kaleng …?” kata Dipo saat rapat dengan Komisi II di Gedung DPR.  

Suswono telah membaca surat kaleng itu, karena dia menerima juga surat yang sama dan menyimpulkan bahwa isi suratnya banyak mengandung fitnah dan ketidakbenaran. Mari Elka Pangestu juga mengatakan, “Kami sudah mengklarifikasi bahwa yang di dalam surat itu tidak benar.” Surat yang tidak ada identitasnya itu, isi suratnya banyak mengandung fitnah dan nilai-nilai kebenarannya tidak valid.

Oleh karenanya banyak fraksi di DPR meminta laporan Dipo itu harus disertai bukti, bukan hanya berdasar surat kaleng saja. Banyak kalangan menilai Sekretaris Kabinet (Seskab) Dipo Alam gegabah karena telah mengungkapkan surat kaleng ke publik lewat konferensi press tanpa lebih dahulu melakukan klarifikasi ke menteri terkait.

”Saya sangat siap diklarifikasi pada poin yang dituduhkan seperti pada surat kaleng itu. Saya sangat-sangat siap,” tukas Suswono di sela acara penutupan Konferensi Perguruan Tinggi se-Asia Pasific.
Barulah kemudian atas desakan berbagai pihak, akhirnya Dipo dan Sudi Silalahi mengundang Menteri Suswono untuk klarifikasi, beberapa hari setelah konferensi press Dipo kepada publik. Menteri Suswono kemudian mendorong Dipo Alam  untuk melaporkannya kepada KPK, “Jika Dipo meyakini isi surat itu sebuah kebenaran. Saya mendorong agar segera dilaporkan ke KPK, supaya persolan ini tidak menjadi perdebatan publik yang tidak konstruktif,” ujar Suswono. 

Dan benar, akhirnya Dipo pun melaporkan surat kaleng itu ke KPK pada rabu malam, 14 November 2012. Namun dalam surat yang diajukan Sekretaris Kabinet Dipo Alam kepada KPK tersebut, disana masih tidak ada nama yang tercantum (masih anonim).

Jubir KPK Johan Budi pun ketika dimintai tanggapan soal laporan Dipo hanya menjawab diplomatis. "Itu masih dipelajari sepertinya. Saya belum dapat informasi lengkap," kata Johan. Saat di KPK, Dipo belum mau membeberkan tiga nama kementerian yang dilaporkannya. Ia malah mempersilakan KPK untuk membeberkan nama-nama kementerian tersebut. Sementara itu KPK melalui juru bicaranya, Johan Budi juga menyatakan enggan untuk membuka nama kementerian-kementerian tersebut. "Sebaiknya, Pak Dipo saja yang menyebutkan tiga kementerian tersebut," kata Johan Budi.  Johan beralasan, KPK hanya ditugaskan untuk memproses laporan yang disampaikan oleh Dipo Alam. "Kami kan diamanahi untuk menerima laporan, jadi sebaiknya ia saja yang menyebutkan," tambahnya. "Laporan itu kami proses, ditindaklanjuti. Ditelaah dan validasi laporannya seperti apa," ujar Johan.

Jika laporan itu tidak cukup bukti, maka langkah Dipo Alam tersebut bakal muram. Gaduh politik dari laporan Dipo Alam tidak akan berarti, malah kalau laporannya mentah, hampir pasti Seskab Dipo terancam dihinakan oleh masyarakat dan juga media.

Manuver politik Sekretaris Kabinet Dipo Alam yang melaporkan praktik kongkalikong sejumlah kementerian ke KPK ditengarai akan bermuara pada reshuffle kabinet. Hal itu dikemukakan anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera Hidayat Nur Wahid. "Itu bagian yang bisa ditafsirkan secara politik demikian (upaya reshuffle)," kata Hidayat.

Hidayat mengecam cara-cara yang dilakukan Dipo Alam. "Jangan bola ini dijadikan sebagai alasan atau cari celah untuk dijadikan reshuffle kabinet. Kalau reshuffle basisnya hanya pada laporan surat kaleng, itu akan menghadirkan kontroversi," kata mantan Presiden PKS itu.

Menurut Hidayat, meski reshuffle merupakan hak prerogatif  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, namun harus dilakukan atas alasan yang bisa dipertanggungjawabkan. Menurut dia, perombakan kabinet jangan hanya berdasar laporan surat kaleng. Bila reshuffle yang merupakan hak prerogatif Presiden dikotori oleh manuver semacam itu, maka akan memperpanjang kontroversi tentang hak prerogratif yang belum reda dari kasus pemberian grasi kepada gembong narkoba.

"Secara prinsip, ini negara hukum, silakan dibongkar. Saya setuju kongkalikong dihentikan, tetapi basisnya pada bukti, bukan surat kaleng," kata Hidayat.

Jika langkah Dipo itu benar, dengan cukup bukti yang akurat, maka hal itu penting untuk memperbaiki pengelolaan pemerintahan sekaligus mengantisipasi berbagai praktik penyimpangan di kemudian hari. Namun jika terbukti hanya pepesan kosong, laporan Seskab itu selanjutnya perlu dipertanyakan apakah murni untuk berpartisipasi dalam pemberantasan korupsi ataukah hanya pengalihan isu dan bikin sensasi.

Kecurigaan masyarakat tidak terelakkan karena dalam beberapa bulan terakhir Dipo sering tampil ke publik dengan menyajikan isu-isu hangat dan diduga mengalihkan perhatian terhadap beberapa megaskandal, seperti kasus bail out Bank Century, Hambalang, dan terakhir grasi bandar narkoba dari Istana yang sedang dipermasalahkan.

Beberapa pengamat menilai bahwa laporan yang Dipo buat tersebut telah menyebabkan keretakan dalam Kabinet Pemerintahan Presiden SBY. Ibarat kata seperti menjelek-jelekkan teman-teman sendiri di kabinet. Dipo juga mengatakan, laporan yang dia buat ini sesuai dengan instruksi Presiden SBY, dengan kata lain SBY mengetahui dan mendukung langkah ini. “Saya dan Pak Sudi menginterview eselon satu di Kabinet. Ini semua perintah Presiden. Jadi apakah Presiden tidak tahu? Silakan saudara mencernakan ini semua,” kata Dipo Alam.

Referensi :