JANGANLAH MENCACI KEGELAPAN, TAPI NYALAKANLAH LILIN !!!
Rizaludin |
Oleh Rizaludin (mantan ka. dpc pks pancoran 2008 - 2010)
Manalah mungkin kita bisa menikmati kebahagiaan
hidup bertetangga, kalo tetangga kita tak mampu memperlihatkan senyum
tulusnya karena pusing memikirkan anaknya sakit namun tak punya uang untuk
membayar dokter dan obat, atau gundah gulana karena uang belanja hanya
tersisa untuk seminggu padahal gajian masih 3 minggu lagi.
Tapi prihatin saja tidak cukup, Prihatin tanpa aksi, akan menghasilkan kepanikan. Kepanikan akan menghasilkan reaksi yg cenderung negatif dan Kita tentu tak ingin masyarakat kita menjadi masyarakat yg negatif. Kalau urusannya sudah sesuap nasi utk anak istri, bayaran sekolah anak, dan segepok kebutuhan mendasar lainnya, dalam kondisi kepepet, banyak orang kehilangan komitmen moralnya dan terjerembab ke jalan yang tidak halal. Kita tentu tak ingin itu terjadi. Sekali lagi. Kita semua tak ingin satu-pun warga dan tetangga kita terjerembab ke jalan itu.
Dalam tulisan-tulisan soal bisnis, kita membaca bahwa tidak mungkin semua peluang bisnis itu mengalami krisis pada saat yg sama. Insya Allah selalu saja ada satu-dua peluang yang justru menguat di saat krisis. Dalam pandangan keimanan, tidaklah mungkin semua kejadian dalam masa gelombang krisis ini dihadirkan Allah utk membuat kehidupan kita bermuram durja, Karena insya Allah selalu saja ada satu dua kejadian setelahnya yang menjadi peluang keberhasilan dan kebahagiaan kita. Fa innamaa al ushri yushro. Ketika kesulitan mencapai puncaknya, saat itulah tanda-tanda kemudahan akan muncul.
Solusi utamanya sebenarnya ada pada diri kita masing-masing. Tapi kami ingin juga menularkan sebuah semangat kepada semuanya, yaitu semangat untuk tetap berusaha apapun kondisinya. Semangat yang dalam bahasa al qur’an disebut sebagai “Sabar”. Sabar dengan pengertian aktif berusaha mencari solusi yang halal tanpa mengenal kata putus asa.
Di dalam film “Laskar Pelangi” yang melewati angka 3 juta untuk jumlah penonton itu, tokoh Lintang mengajarkan kepada kita akan keteguhan dalam berusaha, bersekolah dengan bersepeda pada jarak yg jauh, melewati jalur buaya, bahkan lintang menembus batas kesabaran rata-rata temannya dengan justru membangkitkan semangat teman-temannya ketika sekolah terancam bubar karena sang kepala sekolah meninggal dunia. Berbekal kecerdasannya, ia sempat menggantikan guru nya untuk mengajar di saat suasana duka itu.
Barangkali kita tak
sehebat itu. Namun kita bisa meniru semangatnya. Sebagaimana kata orang
bijak, jika kita memasuki terowongan gelap yang panjang, janganlah
mencaci kegelapan, tapi nyalakanlah lilin !!!