BANDIT EKONOMI TERLICIK dan PALING BERPENGARUH di ABAD KEDUAPULUH

Sekutu pertama Washington dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan dolar adalah Israel.  Israel  juga tidak mungkin berhasil tanpa dukungan  keuangan dan politik Amerika.  Hanya segelintir orang Arab saja yang paham bahwa Washington memendam motif – motif yang jauh lebih egoistis daripada mempertahankan tanah kelahiran bangsa Yahudi.


Para menteri perminyakan Arab pernah sepakat bahwa AS harus dihukum karena sikapnya yang pro-Israel, dengan suara bulat mendukung gagasan embargo minyak.  Namun ini merupakan permainan catur klasik skala internasional. Pada 19 Oktober, Presiden Nixon meminta dana 2,2 milyar dolar kepada Kongres untuk membantu Israel. Hari berikutnya, dipimpin Arab Saudi, produsen – produsen minyak memberlakukan embargo total terhadap minyak yang dikirim ke AS. Pada saat itu hanya segelintir orang yang memahami kelicikan di balik langkah Washington, atau fakta bahwa langkah itu digerakan oleh tekad untuk mendongkrak dolar yang melemah saat itu.


Dampaknya luar biasa. Harga jual minyak Saudi melonjak hingga memecahkan rekor baru. Pada 1 Januari 1974, harga minyak membubung hampir tujuh kali lipat dari harga empat tahun sebelumnya. Media memperingatkan bahwa perekonomian AS tengah di ambang kehancuran.


Sekarang kita baru tahu, korporatokrasi memainkan peran aktif dalam mendorong harga minyak menuju rekor – rekor tertinggi ini. Meski para pemimpin bisnis, politik, dan eksekutif perminyakan berpura – pura marah, mereka adalah dalang yang menggerakan wayang. Nixon dan para penasihatnya sadar bahwa 2,2 milyar dolar paket bantuan untuk Israel akan memakasa bangsa Arab mengambil berbagai tindakan drastis. Dengan mendukung Israel, pemerintahan Nixon merekayasa sebuah situasi yang menghasilkan kesepakatan Bandit Ekonomi  terlicik dan paling berpengaruh pada abad keduapuluh.


Departemen Keuangan AS kemudian mengontak berbagai perusahaan lain yang memiliki catatan teruji sebagai antak korporatokrasi. Tugasnya adalah memastikan bahwa OPEC akan menyalurkan kembali miliaran dolar yang dikeluarkan untuk minyak ke berbagai perusahaan AS, dan menetapkan “standar minyak” baru yang akan menggantikan “standard emas” sebelumnya.  Para bandit ekonomi tahu, kunci rencana semacam itu adalah arab Saudi, karena negeri itu memiliki mintyak lebih banyak daripada Negara lainnya, negeri itu mengendalikan OPEC dan keluarga “kerajaan” negeri itu sangat korup sehingga mudah didekati. Seperti “raja – raja” lain di Timur Tengah, keluarga Saudi memahami politik kolonialisme. Bangsa Inggrislah yang telah mengajarkan sistem kerajaan pada Dinasti Saud. 


Ringkas kata, sejauh yang diketahui media, Dinasti Saud telah menyetujui tiga syarat penting. Pertama, mereka akan menanamkan sebagian besar petrodolarnya dalam sekuritas pemerintah AS. Kedua, memperbolehkan Departemen Keuangawn AS menggunakan triliunan dolar bunga dari sekuritas ini untuk menyewa korporasi – korporasi AS demi melaksanakan westernisasi Arab Saudi. Ketiga,  menjaga harga minyak dalam batas – batas yang dapat diterima korporatokrasi. Pemerintah AS sendiri bejanji akan menjaga kekuasaan Keluarga Saud.


Ada satu kesepakatan tambahan yang tidak banyak dijadikan berita utama tetapi sangat penting bagi kebutuhan korporatokrasi  untuk mempertahankan dolar sebagai mata uang global standar. Arab Saudi telah menyatakan komitmennya untuk memperdagangkan minyak hanya dalam dolar AS. Dengan suatu goresan pena, kedaulatan dolar dikukuhkan kembali, menggantikan emas sebagai  tolak ukur nilai sebuah mata uang. Dolar dimahkotai sebagai raja, dan sejak itu memegang kekuasaan tertinggi.  

Referensi Buku Pengakuan Bandit Ekonomi hal 215 - 220 karangan John Perkins, seorang mantan agen National Security Agency (NSA) yang telah berkelana ke berbagai pelosok dunia, seperti Indonesia, Panama, Ekuador, Kolombia, Arab dll sebagai agen spionase terselubung.