Mencermati Tekanan Asing dalam Kasus Century

Dana milik pialang Yahudi, George Soros, ternyata pernah tersimpan di Bank Century. Robert Tantular membenarkan bahwa ada saham yang dikuasai pialang Yahudi, George Soros di Bank Century. Tahun 1999, Robert menjual sebagian (19 persen) saham Bank CIC ke Quantum Fund. Lewat Quantum Fund di lantai bursa itulah uang Goerge Soros mengalir ke bank CIC. Bank CIC adalah Bank milik keluarga Robert Tantular yang berdiri sejak tahun 1990, kemudian pada tahun 1997, Bank CIC Go Public dan kepemilikan saham keluarga berkurang menjadi 70%. Tahun 2000, Robert mundur dan digantikan direktur asing. Belakangan Bank CIC kemudian dimerger bersama dengan Bank Pikko dan Bank Danpac menjadi Bank Century.

Tanggal 10 Februari, pakar dan praktisi keuangan Yahudi yang sempat bikin heboh sebagai pelaku krisis dunia di tahun 1998 lalu, George Soros mengunjungi Boediono di kantornya, jalan Merdeka Selatan Jakarta Pusat. Soros datang didampingi Direktur International Operation Open Society Institute Geogre Vickeris, Indonesia Program Directur Open Society Institute Zohra Dawood, dan Yuli Ismartono dari Yayasan TIFA. Di Indonesia Soros mempunyai banyak 'sahabat' yang menjadi bagian dari gerakannya, yang menginginkan perubahan ke arah ideologi Soros, kapitalis yang humanis. Sebelumnya di Jakarta, telah diresmikan lembaga IIPAC (Indonesia-Israel Public Affairs Comittee), yang mirip seperti lembaga lobi Yahudi di AS, AIPAC (American-Israel Public Affrairs Comittee), yang sangat berpengaruh terhadap Gedung Putih dan Capitol Hill (DPR nya AS).

Pengamat politik Centre for The Study of Religion and Culture (CSRC) Universitas Islam Negeri Jakarta, Muhammad Nabil berpendapat bahwa kunjungan Soros sangat mungkin sebagai dukungan moral bagi Boediono yang kini digoyang skandal Bank Century. Namun Soros sangat mungkin tidak akan memberikan dukungan terbuka kepada Boediono karena bisa sensitif dan komplikatif di mata rakyat Indonesia. Dalam pertemuannya dengan Wakil Presiden Boediono, George Soros menyatakan bahwa kebijakan bailout terhadap bank yang mengalami krisis sebenarnya tidak terlalu penting dilakukan asalkan peraturan perbankan bisa dilaksanakan dengan baik.

Pengamat ekonomi Universitas Gajah Mada (UGM) Revrisond Baswir mengatakan bahwa, “Saya kira kalau kutipakan - kutipan yang saya baca cukup lengkap, pada intinya Soros mengatakan bukan bailout Century, tapi bailout sebagai salah satu cara tidak perlu dilakukan seandainya aturan perbankan dijalankan dengan baik”. Secara implisit, lanjut Revrisond, Soros mengatakan bahwa Boediono jangan dipersalahkan dalam kasus bailout Century. Ucapan Soros justru merupakan pembelaan terselubung buat Boediono. “Artinya yang salah bisa banyak pihak. Misalnya, kita bicara Peraturan BI, itu terkait siapa yang menyusun, membahas, mengawasi perjalanannya. Yang disalahkan bukan orang, tapi institusi, bisa BI, DPR atau institusi lain,” ungkap Revrisond Baswir.

Selain itu kedatangan Soros juga bisa merupakan gertakan dan ancaman yang ditujukan kepada Presiden SBY. Gertakan dan ancaman oleh Soros itu bisa jadi berkaitan dengan ekonomi nasional Indonesia. Dalam arti kata, jikalau keinginan Soros tidak dipenuhi maka ekonomi Indonesia akan diobrak - abrik, sebagaimana Soros melakukannya terhadap Indonesia di akhir tahun 1990-an. Ancaman tersebut juga dapat diterjemahkan bahwa jangan coba-coba lengserkan Boediono, karena jika itu dilakukan maka Soros akan mengobrak-abrik ekonomi Indonesia.

Kedatangan Soros itu sangat tendensius ketika bayang - bayang ancaman terjadinya pemakzulan atas Boediono, dan ditengah isu akan terjadinya pelengseran atas Sri Mulyani yang akan dilaksanakan bersamaan dengan reshuffle kabinet. Walaupun pihak istana Presiden membantah keras bahwa akan ada pelenseran terhadap Sri Mulyani, tetapi partai berkuasa, Partai Demokrat sudah mengusulkan akan adanya reshuffle kabinet.

Jika kasus ini berakhir tanpa tumbal yang dipersalahkan, maka dapat membahayakan pemerintahan Presiden SBY, lantaran akan terjadi ketidakpuasan di kalangan publik. Ketidakpuasan itu bisa menjadi semacam bara yang disimpan di dalam sekam. Dimana jika ada angin kencang maka bara itu akan membakar sekam yang menyelimutinya itu. Dalam arti kata, jika dalam setahun atau dua tahun kedepan ada sesuatu kasus atau sesuatu ketidakpuasan, misalnya kenaikan harga BBM maupun listrik, maka bara ketidakpuasan atas kasus bank Century ini bisa menjadi semacam bom waktu yang berbahaya. Oleh sebab itu, sepertinya tidak ada pilihan bagi Presiden SBY selain harus memilih satu diantara Boediono atau Sri Mulyani.

Indonesia yang mempunyai posisi yang sangat strategis secara geopolitik, tetap menjadi perhatian yang sangat serius bagi George Soros. Kunjungannya yang mendadak ke Indonesia itu, menimbulkan berbagai spekulasi. Seperti kunjungan Menlu AS Medelin Albright, ke Jakarta, saat menjelang kejatuhan Soeharto di tahun l998. AS sangat mempunyai kepentingan terhadap Indonesia. Apalagi, di beberapa bulan ke depan, Presiden AS Barack akan melakukan kunjungan resmi ke Jakarta.

Oleh karenanya, saat ini kita dapat lihat statement – statement Boediono yang lebih berani dibanding sebelum Soros datang. Wakil Presiden Boediono menegaskan tidak akan mundur dari jabatan yang diamanahkan rakyat melalui pemilihan presiden 2009. "Bila saya memenuhi tuntutan tersebut (mundur), saya akan tercatat dalam sejarah sebagai pemimpin yang lari dari tanggung jawab dan sebagai pemimpin yang melecehkan kehendak rakyat yang telah memberikan suara," kata Boediono di Kantor Wakil Presiden.

"Saya tidak akan mengkhianati kepercayaan Presiden dan meninggalkan beliau," kata Wapres Boediono. Pada Pemilu Presiden April lalu, lanjut dia, dirinya telah terpilih sebagai wakil presiden mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hasil pemilihan umum itu pun telah disahkan oleh Mahkamah Konstitusi dan Komisi Pemilihan Umum (KPU). "Tidak mungkin (Boediono) mengundurkan diri atas permintaan yang tidak memiliki dasar moral, dasar hukum. Apalagi tuduhan yang tidak memiliki asas praduga tak bersalah," kata Yopie, juru bicara Wakil Presiden Boediono.Boediono sangat yakin jika kebijakan yang diambilnya pada tahun 2008 adalah keputusan yang benar. Karena kebijakan itulah Indonesia bisa terbebas dari ancaman krisis yang membayangi saat itu.