Soal Lansia, Para Capres Bisa Belajar Dari PKS Pengadegan

Sabtu pagi (7/06), kader – kader PKS Pengadegan RW06 kembali mengadakan salah satu kegiatan rutin andalannya yaitu Posyandu Lansia.  Program ini adalah program rutin sebulan sekali, yaitu setiap pekan pertama atau kedua tiap bulan. Ketua ranting PKS Pengadegan, Ainul Yakin mengatakan, "Kita ingin tunjukkan bahwa kita selalu berbuat sesuatu yang mulia untuk warga di sini. Apapun yang terjadi, ada pemilu atau tidak, kami dari PKS tetap terus melayani."

Acara Posyandu Lansia juga merupakan ajang silaturahim para lansia dengan para kader – kader PKS, khususnya para akhwat.  Kegiatan Lansia kali ini, fokus pada konseling para lansia. Posyandu Lansia PKS Pengadegan bulan Juni ini, Alhamdulillah dapat dihadiri 20-an orang lansia. Mereka berkonsultasi sepuasnya kepada kader – kader perempuan PKS. Selain konseling mereka juga mendapatkan pemeriksaan standard lansia, seperti  cek tekanan darah, gula darah, kolesterol, asam urat dan lain – lain.

"Kita tidak mengadopsi nilai barat yang apabila telah tua kemudian dititipkan di panti jompo, kita ini orang timur yang tidak menganut prinsip  habis manis sepah dibuang. Kita harus tahu bahwa lansia perasaanya tinggi,  harus sabar dalam menghadapinya. Mereka kadang tidak mampu lagi bekerja sehingga sangat butuh perhatian dari kita,” Ungkap Bu Tsabta, RKI bidang perempuan PKS Pengadegan.

“Kami juga berharap perhatian pemerintah daerah Jakarta untuk bisa lebih meningkatkan kepeduliannya lagi untuk menyiapkan tempat - tempat Posyandu Lansia yang lebih baik dan lebih luas sehingga bisa memuat lansia lebih banyak di setiap kelurahan di Jakarta ini,”  tambahnya.

Untuk urusan politik, suara politik lansia seharusnya dipandang sebagai dukungan dari para lansia dan menjadikan lansia sebagai aset bangsa demi masyarakat yang sejahtera. Namun, bagaimana supaya penduduk lansia bisa menyumbangkan suaranya dengan baik? Tentunya mereka harus punya kualitas yang baik. Jika tidak, suara politik mereka akan hilang percuma. Pengalaman pemilu legislatif lalu, beberapa kasus penduduk lansia mengalami kesalahan dan ketidaksesuaian dalam menyalurkan aspirasinya karena ketidaktahuan mereka sehingga dimanfaatkan oleh para pemanipulasi suara.

Para elite politik seharusnya sudah punya wawasan kelanjutusiaan sehingga dapat melakukan investasi sumber daya manusia dari sekarang. Jika para elite politik jeli, seharusnya dapat memanfaatkan potensi mereka karena penduduk lansia cenderung semakin meningkat jumlahnya di masa depan. Tahun 2014 ini jumlahnya 20,793 juta dan pada 2019 akan mencapai 25,901,9 juta. Suatu jumlah yang tidak bisa diabaikan dan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan bangsa.

Dilihat dari kondisi demografis, penduduk lansia cenderung mengalami peningkatan dibandingkan penduduk usia muda. Di masa depan, jika penurunan fertilitas sudah sangat rendah, peningkatan jumlah lansia jadi suatu hal yang tak dapat diabaikan. Hasil perhitungan ageing index terlihat meningkat dari 26,4 penduduk lansia per 100 penduduk usia kurang dari 15 tahun pada 2010 menjadi hampir tiga kali lipat pada 2035, yaitu 73,3 persen.

Namun kita lihat para elit politik dan juga para capres saat ini, mereka masih terkesan mengabaikan. Padahal penduduk lansia itu juga masih menjadi aset bangsa. Saat ini masih banyak penduduk lansia yang bekerja dan aktif beraktivitas. Dari data BPS tahun 2010, sekitar 87,9 persen penduduk lansia laki-laki dan sekitar 31,99 persen penduduk lansia perempuan masih menjadi tulang punggung keluarga. Lebih dari setengah penduduk usia 60-69 tahun atau 53,4 persen dari total kelompok umur tersebut tergolong masih bekerja. Bahkan, pada usia yang lebih tua (80 tahun ke atas) sebanyak 19,7 persen lansia yang masih bekerja.

Ini menunjukkan persoalan di masa depan akan lebih kompleks jika tak diantisipasi dari sekarang. Kita bisa lihat Singapura yang mengalami penuaan penduduknya lebih cepat daripada Indonesia. Di sana banyak lansia yang bekerja di sejumlah tempat umum seperti cleaning service.

Sudah seyogyanya para capres punya wawasan mengenai penduduk lansia sebagai suatu investasi SDM untuk pembangunan. Suatu program komprehensif perlu dipersiapkan sejak dini sampai tua. Orientasi semacam ini suatu keharusan yang perlu dimiliki setiap capres demi masa depan bangsa yang sejahtera. Jika tidak dipersiapkan dari sekarang, negara akan menanggung penduduk usia tua yang lebih besar dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah.

Kerja sama dan harmonisasi antargenerasi dalam mengisi pembangunan merupakan suatu keharusan, bukan menganggap saingan antara satu sama lain. Harmonisasi antara yang muda dan yang tua tetap harus dipertahankan dan perlu berbagi informasi dan pengalaman. Yang tua sudah begitu sarat dengan berbagai pengalaman dan kearifan kiranya bisa berbagi dengan yang muda untuk mencapai kesuksesan hidup. Yang muda diberi pengetahuan bagaimana mempersiapkan menjadi penduduk lansia yang masih bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Yang muda tetap berbakti, menghormati, dan menghargai para lansia untuk bersama membangun bangsa.

Kita semua tentu juga akan mengalami masa tua, seperti para lansia itu. Kalau kita tidak mau terlantar di saat usia senja nanti, mari kita jangan terlantarkan mereka di saat usia kita masih muda. Apapun kebaikan yang kita tanam hari ini, insyaAllah kita akan memetiknya dan memanennya di kemudian hari. Apapun yang terjadi tetaplah melayani.