Para Elite yang Senang dan Gampang Menuduh Munafik


Rencana pemakzulan terhadap Presiden SBY oleh Partai Amanat Nasional (PAN) terkait pelantikan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Utara Thaib Armaiyn-Abdul Ghani Kasuba, ditanggapi oleh kubu partai pendukung pemerintah, Partai Demokrat. Melalui Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, “Sikap PAN tak lain sebagai sikap sebagai organisasi politik yang munafik”.

Sejumlah gurubesar berpangkat profesor tidak ragu lagi mengeritik pemerintahan SBY-Boediono dengan kata-kata keras. Salah satunya adalah gurubesar ilmu politik Universitas Indonesia, Iberamsjah, menyebut Presiden SBY pemimpin munafik.
Hasyim Muzadi juga mengatakan, “Dibenci Rakyat, Jika Berkompromi dengan Presiden Pembohong dan Munafik”

Pengamat Politik, Prof Tjipta Lesmana mengomentari PKS, "Padahal sama-sama di satu partai, malah lempar-lempar dengan alasan pendapat pribadi-lah. Itu kan munafik". Sebelumnya Prof. Amien Rais juga mengatakan hal yang sama untuk PKS.
Menurutnya, mengeluarkan PKS dari koalisi juga pasti ada resiko politiknya. ” Saya rasa pasti ada resikonya, Kalau PKS dikeluarkan, itu tetap ada resikonya. Itu harus dikalkulasi, dari pada seperti ini, hidup dalam kemunafikan” tandasnya. Memang, tambah Amien, Partai Munafik ada juga yang berhasil, ”Walaupun munafik, banyak juga yang berhasil. Itu namanya ’muntaber’ , munafik tapi berhasil,” kelakar Amien.

Mengapa kita atau seseorang bisa memberikan penilaian munafik terhadap orang atau pihak lain? Ini pasti terjadi, karena kita menggunakan standar penilaian atas diri kita sendiri. Kita mencoba dan berusaha menyamakan orang lain seperti diri kita. Tentu saja ini tidak adil.

Anda adalah apa yang Anda pikirkan. Kita adalah yang kita pikirkan. Apa yang kita pikirkan tentang orang lain, itu belum tentu adalah kebenaran. Itulah mengapa dikatakan, bahwa manusia seringkali meracuni dirinya sendiri dengan pikiran-pikiran yang menyesatkan. Kita seringkali menuduh dan menghakimi orang lain dengan kesalahan yang tidak dilakukannya. Tapi hanya berdasarkan pemikiran sesat yang ada di dalam kepala kita sendiri. Jadilah benar. Ketika kita menunjuk orang lain sebagai orang munafik. Itu membuktikan bahwa diri kita sesungguhnya juga adalah orang munafik. Ketika menuduh orang lain sok baik dan sok tulus. Kebenarannya adalah diri kitalah yang sok baik dan sok tulus. Sayangnya kita justru bangga dan berkata, ”Saya memang tidak munafik kalau saya munafik! Buat apa malu?”

Dari Abu Zar ra, ia mendengar Nabi saw bersabda, “Seorang pria yang menuduh pria lain jahat, atau menuduhnya kafir, maka tuduhan itu berbalik kepadanya, jika orang yang dituduhkannya itu tidak seperti itu.” (Hadis shahih Bukhari no 1709)