Pemilu 2009 dan Agen Asing di Indonesia
Negara adidaya, Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan ikut bermain dalam pemilu maupun pemilihan Presiden RI 2009 mendatang. Jangankan pemilu atau pun pemilihan presiden, untuk pilkada saja mereka punya kepentingan apalagi untuk pemilu. Tengok saja pilkada Jakarta 2007 yang lalu, sebuah harian Ibu Kota menuliskan tentang kemungkinan naiknya angka golput dan melonjaknya perolehan suara salah satu pasangan pasangan telah mendapat perhatian serius dari agen - agen intelijen Amerika Serikat (AS) dan China. Pasalnya Amerika Serikat memiliki kepentingan di Indonesia yang dianggap strategis untuk menghadang kekuatan negara-negara Asia.
Adanya campur tangan asing dalam Pemilu Presiden 2004 yang lalu telah disinyalir terutama oleh Kwik Kian Gie. (Kompas , 9/7/04). Menneg PPN/Kepala Bappenas Kwik Kian Gie mensinyalir bahwa peta kepemimpinan nasional 2004 - 2009 telah didesain oleh pihak asing. Kwik berpendapat, tidak hanya faktor ekonomi, tapi juga soal politik, Indonesia masih dikendalikan AS. (www.bisnis.com , 13/7/04). Selain itu campur tangan asing ini juga diamini oleh beberapa pengamat intelijen seperti AC manulang, Juanda dan yang lainnya. Mengutip pernyataan Amien Rais, yang mengatakan bahwa ada enam syarat utama untuk memenangkan Pilpres 2009, enam syarat tersebut yaitu uang, massa, dukungan militer, dukungan media massa, restu Amerika Serikat (AS), dan tentunya restu Illahi. Amin Rais tak segan – segan menyebut restu Amerika Serikat (AS).
Sebenarnya masyarakat Indonesia juga tidak bodoh – bodoh amat, masyarakat kita sudah mengetahui indikasi ini. Hal ini terlihat dalam polling yang dilakukan tempointeractif.com tanggal 9 -1 6 Juli 2004 mayoritas (55.54% setara dengan 411 responden) sepakat bahwa ada campur tangan asing dalam pemilihan presiden 2004 yang lalu.
Bukan hanya campur tangan dalam masalah pemikiran/opini saja, tetapi campur tangan dalam aliran dana pun mereka mengalirkannya ke kantong – kantong calon pasangan dan juga partai pendukungnya. Mereka menurunkan tim dengan dukungan dana yang tidak terbatas. Aliran dana dari AS tersebut kadang melalui mata rantai perusahaan yang kemudian masuk ke salah satu rekening pasangan tertentu. Hal ini bisa diselidiki di Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) Bank Indonesia. Salah satu contohnya seperti dalam proses pemilihan presiden 2004 yang lalu, dimana ada dugaan peyumbang fiktif dari 11 perusahaan di Sulawesi Selatan. Selain itu ada juga aliran dana untuk lembaga – lembaga yang terkait pemilu seperti KPU, Panwas, LSM dan sebagainya.
Kenyataan yang ada di dunia saat ini, kita bisa lihat dan rasakan campur tangan Amerika dan Barat pada urusan dalam negeri orang lain, pun pasti tidak terkecuali di Indonesia. AS telah banyak mempengaruhi naik - turunnya berbagai rezim penguasa di berbagai belahan dunia, khususnya Dunia Islam, yang pro - AS. CIA berperan dalam suksesi kepemimpinan nasional di beberapa negara di dunia. Telah banyak fakta-fakta yang diungkap, bahkan oleh kalangan intelijen AS sendiri, bahwa di Dunia Islam, AS (juga Inggris) berperan besar dalam memunculkan kepemimpinan di Arab Saudi, Mesir, Yordania, Kuwait, Aljazair, Turki, dan lain - lain; termasuk yang paling terakhir adalah rezim Afganistan dan Irak.
Amerika Serikat sangat menginginkan presiden terpilih dipegang oleh orang yang bisa dikendalikan, yakni yang paling lemah di antara para calon presiden (Capres) yang ada saat ini. Sebagian kelompok tentara dan mantan tentara memiliki hubungan yang baik dengan Amerika.
Ikut campurnya Amerika ini karena mereka berkepentingan untuk mengendalikan kekuatan Asia, yaitu Tiongkok (Cina). Indonesia memiliki posisi yang menguntungkan bagi Amerika, terutama geo politik dan geo startegisnya. Indonesia sendiri saat ini belum bisa melepaskan pengaruh Amerika tersebut, apalagi Amerika posisinya sebagai negara adidaya. Celakanya lagi Indonesia sudah masuk ke wilayah pengaruh Amerika.
Motif Campur Tangan Asing
Dalam konteks Indonesia, ada beberapa alasan mengapa asing berkepentingan untuk mencampuri berbagai urusan dalam negeri Indonesia, di antaranya:
Pertama, secara geopolitik seperti telah diungkapkan di atas, posisi Indonesia sangat strategis di kawasan Asia Pasifik dan Selat Malaka.
Kedua, secara ekonomi, Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan sumberdaya alam dan mineral, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam Indonesia yang sangat luar biasa ini jelas sangat menggoda negara-negara imperialis seperti AS untuk menguasainya, langsung ataupun tidak langsung (melalui sejumlah perusahaan multinasional AS yang tersebar di seluruhIndonesia). Di samping itu, dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, Indonesia adalah pasar potensial bagi produk-produk negara-negara industri seperti AS.Ketiga, secara ideologi-politik, mayoritas penduduk Indonesia (sekitar 87,07%) adalah Muslim. Sebagaimana dipahami, ideologi Islam sudah lama dipandang sebagai ancaman paling potensial oleh Barat (baca: AS) setelah runtuhnya ideologi komunis. Karena itu, Barat dan AS sangat tidak menginginkan jika ideologi Islam bangkit di Indonesia yang penduduknya mayoritas Muslim, sebagaimana hal itu juga tidak dikehendaki oleh AS terjadi di belahan Dunia Islam yang lain.
Intelijen Asing
Keterlibatan negara asing dalam proses pemilu di Indonesia semakin terlihat dengan banyaknya intelijen asing yang masuk ke RI. Diperkirakan jumlah intelijen tersebut semakin meningkat ketika mendekati pemilu.
Kerja AS sangat profesional, untuk menjalankan misinya di Indonesia, menurut AC Manulang (mantan Direktur Bakin) CIA telah menyusupkan 60 ribu intelijennya di Indonesia sejak sebelum pemilu legislatif. Mereka adalah warga Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan intelijen di luar negeri. Karena itu, keberadaannya sulit dikenali. KSAD Jenderal Ryamizard Ryacudu pernah berkata bahwa ada sekitar 60 ribu intelijen asing di Indonesia.
Lain halnya dengan pengamat intelijen Juanda yang memperkirakan jumlah intelijen asing yang ada di Indonesia saat ini lebih banyak dari angka yang disebut Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) beberapa waktu lalu, jumlahnya mencapai 200 ribu lebih. Mereka sangat berkepentingan dalam pemilu di Indonesia. Karena kepemimpinan nasional di Indonesia akan mempengaruhi gaya politik, di mana gaya tersebut mempengaruhi hubungan internasional.Dukungan CIA itu tidak harus diketahui oleh calon pasangan presiden maupun wakil presiden, CIA tidak perlu komunikasi langsung dengan orang yang didukungnya. Siapapun yang dinilai mampu memahami apa yang diinginkan AS dalam menjalankan misinya, pasti didukung. Kerja mereka sangat rapi dan sangat rahasia.
Namanya agen, ada agen langsung ada agen tidak langsung, ada agen tidur ada agent of influenz ada agent of penetration dan sebagainya dengan segala kriteria itu. Dan mereka itu masuk di lembaga-lembaga pendidikan, di partai-partai politik, LSM-LSM, wartawan, kemudian juga diangkatan bersenjata dan lain sebagainya.
Mereka bekerja jauh – jauh hari sebelum pelaksanaan pemilu, mereka selalu mengamati perkembangan berita perkembangan pemilu, jika ada yang sesuai mereka bersuara mendukungnya jika ada yang tidak sesuai mereka mencounternya. Hal ini persis seperti yang diungkapkan oleh tiga mantan Dubes Amerika Serikat Alphonso F La Porta, Edward Masters dan Mark Dion yang menyambut baik keputusan Majelis Konstitusi (MK) Indonesia yang membolehkan calon perorangan maju pada pilkada tanpa menggunakan perahu partai politik alias jalur independen.
Banyak kalangan juga mengkaitkan keterlibatan lembaga-lembaga seperti Carter Centre (milik mantan Presiden AS Jimmy Carter) dan NDI/ National Democratic Institute (milik Partai Demokrat AS) dalam mempengaruhi hasil Pemilu. Dimana saat pemilu 2004 kemarin keberadaan kantor National Democratic Institute (NDI) dan Carter Centre bersebelahan dengan kantor pusat data TI KPU di hotel borobudur.
Namun intel asing tersebut, tidak hanya orang auslander (bule), tetapi banyak juga yang inlander (pribumi). Mayoritas adalah intel dari negara adidaya, selain itu negara sekeliling atau negara tetangga juga memiliki intel di Indonesia yang jumlahnya cukup banyak. Karena mereka pada posisi dalam kontek hubungan internasional terancam dan mengancam. Kemudian, ada lagi negara-negara yang hidup matinya, ekonominya tergantung pada Indonesia, misalnya Jepang, Tiongkok (Cina), karena Indonesia merupakan wilayah perempatan yang sangat strategis. Presiden terpilih yang didukung CIA tersebut, nantinya akan dikendalikan oleh AS. Dan jika sesudah terpilih mengkhianati AS, mereka tak segan-segan menembak mati bahkan menghancurkan negaranya. Lihat Osama bin Laden atau Saddam Hussein. Sebelum berkuasa, mereka kan didukung Amerika. Saat melawan Rusia, Afghanistan mendapat suplai senjata dari Amerika. Perusahaan Osama kerja sama dengan Amerika. Karier politik Saddam hingga dia terpilih jadi presiden, juga karena dukungan Amerika.
Oleh karena itu ke depannya bersikap hati-hatilah dalam pemilu 2009 mendatang yang merupakan keharusan bagi setiap pemilih (warga negara). Rakyat harus bersatu mendukungnya, dengan persatuan dan kesatuan rakyat maka kita akan mampu membendung misi Amerika di Indonesia. Sebab, jika tidak, Indonesia akan menjadi bagian dari hegemoni Amerika yang nyata-nyata ingin mencengkram bumi pertiwi dalam genggamannya. Sudah saatnya Indonesia bangkit merdeka dalam arti sebenarnya, merdeka dari dikte negara – negara Barat, merdeka dalam segala lini kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hankam.
Adanya campur tangan asing dalam Pemilu Presiden 2004 yang lalu telah disinyalir terutama oleh Kwik Kian Gie. (Kompas , 9/7/04). Menneg PPN/Kepala Bappenas Kwik Kian Gie mensinyalir bahwa peta kepemimpinan nasional 2004 - 2009 telah didesain oleh pihak asing. Kwik berpendapat, tidak hanya faktor ekonomi, tapi juga soal politik, Indonesia masih dikendalikan AS. (www.bisnis.com , 13/7/04). Selain itu campur tangan asing ini juga diamini oleh beberapa pengamat intelijen seperti AC manulang, Juanda dan yang lainnya. Mengutip pernyataan Amien Rais, yang mengatakan bahwa ada enam syarat utama untuk memenangkan Pilpres 2009, enam syarat tersebut yaitu uang, massa, dukungan militer, dukungan media massa, restu Amerika Serikat (AS), dan tentunya restu Illahi. Amin Rais tak segan – segan menyebut restu Amerika Serikat (AS).
Sebenarnya masyarakat Indonesia juga tidak bodoh – bodoh amat, masyarakat kita sudah mengetahui indikasi ini. Hal ini terlihat dalam polling yang dilakukan tempointeractif.com tanggal 9 -1 6 Juli 2004 mayoritas (55.54% setara dengan 411 responden) sepakat bahwa ada campur tangan asing dalam pemilihan presiden 2004 yang lalu.
Bukan hanya campur tangan dalam masalah pemikiran/opini saja, tetapi campur tangan dalam aliran dana pun mereka mengalirkannya ke kantong – kantong calon pasangan dan juga partai pendukungnya. Mereka menurunkan tim dengan dukungan dana yang tidak terbatas. Aliran dana dari AS tersebut kadang melalui mata rantai perusahaan yang kemudian masuk ke salah satu rekening pasangan tertentu. Hal ini bisa diselidiki di Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) Bank Indonesia. Salah satu contohnya seperti dalam proses pemilihan presiden 2004 yang lalu, dimana ada dugaan peyumbang fiktif dari 11 perusahaan di Sulawesi Selatan. Selain itu ada juga aliran dana untuk lembaga – lembaga yang terkait pemilu seperti KPU, Panwas, LSM dan sebagainya.
Kenyataan yang ada di dunia saat ini, kita bisa lihat dan rasakan campur tangan Amerika dan Barat pada urusan dalam negeri orang lain, pun pasti tidak terkecuali di Indonesia. AS telah banyak mempengaruhi naik - turunnya berbagai rezim penguasa di berbagai belahan dunia, khususnya Dunia Islam, yang pro - AS. CIA berperan dalam suksesi kepemimpinan nasional di beberapa negara di dunia. Telah banyak fakta-fakta yang diungkap, bahkan oleh kalangan intelijen AS sendiri, bahwa di Dunia Islam, AS (juga Inggris) berperan besar dalam memunculkan kepemimpinan di Arab Saudi, Mesir, Yordania, Kuwait, Aljazair, Turki, dan lain - lain; termasuk yang paling terakhir adalah rezim Afganistan dan Irak.
Amerika Serikat sangat menginginkan presiden terpilih dipegang oleh orang yang bisa dikendalikan, yakni yang paling lemah di antara para calon presiden (Capres) yang ada saat ini. Sebagian kelompok tentara dan mantan tentara memiliki hubungan yang baik dengan Amerika.
Ikut campurnya Amerika ini karena mereka berkepentingan untuk mengendalikan kekuatan Asia, yaitu Tiongkok (Cina). Indonesia memiliki posisi yang menguntungkan bagi Amerika, terutama geo politik dan geo startegisnya. Indonesia sendiri saat ini belum bisa melepaskan pengaruh Amerika tersebut, apalagi Amerika posisinya sebagai negara adidaya. Celakanya lagi Indonesia sudah masuk ke wilayah pengaruh Amerika.
Motif Campur Tangan Asing
Dalam konteks Indonesia, ada beberapa alasan mengapa asing berkepentingan untuk mencampuri berbagai urusan dalam negeri Indonesia, di antaranya:
Pertama, secara geopolitik seperti telah diungkapkan di atas, posisi Indonesia sangat strategis di kawasan Asia Pasifik dan Selat Malaka.
Kedua, secara ekonomi, Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan sumberdaya alam dan mineral, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam Indonesia yang sangat luar biasa ini jelas sangat menggoda negara-negara imperialis seperti AS untuk menguasainya, langsung ataupun tidak langsung (melalui sejumlah perusahaan multinasional AS yang tersebar di seluruhIndonesia). Di samping itu, dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, Indonesia adalah pasar potensial bagi produk-produk negara-negara industri seperti AS.Ketiga, secara ideologi-politik, mayoritas penduduk Indonesia (sekitar 87,07%) adalah Muslim. Sebagaimana dipahami, ideologi Islam sudah lama dipandang sebagai ancaman paling potensial oleh Barat (baca: AS) setelah runtuhnya ideologi komunis. Karena itu, Barat dan AS sangat tidak menginginkan jika ideologi Islam bangkit di Indonesia yang penduduknya mayoritas Muslim, sebagaimana hal itu juga tidak dikehendaki oleh AS terjadi di belahan Dunia Islam yang lain.
Intelijen Asing
Keterlibatan negara asing dalam proses pemilu di Indonesia semakin terlihat dengan banyaknya intelijen asing yang masuk ke RI. Diperkirakan jumlah intelijen tersebut semakin meningkat ketika mendekati pemilu.
Kerja AS sangat profesional, untuk menjalankan misinya di Indonesia, menurut AC Manulang (mantan Direktur Bakin) CIA telah menyusupkan 60 ribu intelijennya di Indonesia sejak sebelum pemilu legislatif. Mereka adalah warga Indonesia yang telah mendapatkan pendidikan intelijen di luar negeri. Karena itu, keberadaannya sulit dikenali. KSAD Jenderal Ryamizard Ryacudu pernah berkata bahwa ada sekitar 60 ribu intelijen asing di Indonesia.
Lain halnya dengan pengamat intelijen Juanda yang memperkirakan jumlah intelijen asing yang ada di Indonesia saat ini lebih banyak dari angka yang disebut Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) beberapa waktu lalu, jumlahnya mencapai 200 ribu lebih. Mereka sangat berkepentingan dalam pemilu di Indonesia. Karena kepemimpinan nasional di Indonesia akan mempengaruhi gaya politik, di mana gaya tersebut mempengaruhi hubungan internasional.Dukungan CIA itu tidak harus diketahui oleh calon pasangan presiden maupun wakil presiden, CIA tidak perlu komunikasi langsung dengan orang yang didukungnya. Siapapun yang dinilai mampu memahami apa yang diinginkan AS dalam menjalankan misinya, pasti didukung. Kerja mereka sangat rapi dan sangat rahasia.
Namanya agen, ada agen langsung ada agen tidak langsung, ada agen tidur ada agent of influenz ada agent of penetration dan sebagainya dengan segala kriteria itu. Dan mereka itu masuk di lembaga-lembaga pendidikan, di partai-partai politik, LSM-LSM, wartawan, kemudian juga diangkatan bersenjata dan lain sebagainya.
Mereka bekerja jauh – jauh hari sebelum pelaksanaan pemilu, mereka selalu mengamati perkembangan berita perkembangan pemilu, jika ada yang sesuai mereka bersuara mendukungnya jika ada yang tidak sesuai mereka mencounternya. Hal ini persis seperti yang diungkapkan oleh tiga mantan Dubes Amerika Serikat Alphonso F La Porta, Edward Masters dan Mark Dion yang menyambut baik keputusan Majelis Konstitusi (MK) Indonesia yang membolehkan calon perorangan maju pada pilkada tanpa menggunakan perahu partai politik alias jalur independen.
Banyak kalangan juga mengkaitkan keterlibatan lembaga-lembaga seperti Carter Centre (milik mantan Presiden AS Jimmy Carter) dan NDI/ National Democratic Institute (milik Partai Demokrat AS) dalam mempengaruhi hasil Pemilu. Dimana saat pemilu 2004 kemarin keberadaan kantor National Democratic Institute (NDI) dan Carter Centre bersebelahan dengan kantor pusat data TI KPU di hotel borobudur.
Namun intel asing tersebut, tidak hanya orang auslander (bule), tetapi banyak juga yang inlander (pribumi). Mayoritas adalah intel dari negara adidaya, selain itu negara sekeliling atau negara tetangga juga memiliki intel di Indonesia yang jumlahnya cukup banyak. Karena mereka pada posisi dalam kontek hubungan internasional terancam dan mengancam. Kemudian, ada lagi negara-negara yang hidup matinya, ekonominya tergantung pada Indonesia, misalnya Jepang, Tiongkok (Cina), karena Indonesia merupakan wilayah perempatan yang sangat strategis. Presiden terpilih yang didukung CIA tersebut, nantinya akan dikendalikan oleh AS. Dan jika sesudah terpilih mengkhianati AS, mereka tak segan-segan menembak mati bahkan menghancurkan negaranya. Lihat Osama bin Laden atau Saddam Hussein. Sebelum berkuasa, mereka kan didukung Amerika. Saat melawan Rusia, Afghanistan mendapat suplai senjata dari Amerika. Perusahaan Osama kerja sama dengan Amerika. Karier politik Saddam hingga dia terpilih jadi presiden, juga karena dukungan Amerika.
Oleh karena itu ke depannya bersikap hati-hatilah dalam pemilu 2009 mendatang yang merupakan keharusan bagi setiap pemilih (warga negara). Rakyat harus bersatu mendukungnya, dengan persatuan dan kesatuan rakyat maka kita akan mampu membendung misi Amerika di Indonesia. Sebab, jika tidak, Indonesia akan menjadi bagian dari hegemoni Amerika yang nyata-nyata ingin mencengkram bumi pertiwi dalam genggamannya. Sudah saatnya Indonesia bangkit merdeka dalam arti sebenarnya, merdeka dari dikte negara – negara Barat, merdeka dalam segala lini kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hankam.
www.pks-dpcpancoran.blogspot.com