Ada Kemungkinan Capres jadi Cawapres?


Hasil survei Lembaga Riset Informasi yang diumumkan di Hotel Sari Pan Pasifik, Jakarta, menyatakan pasangan Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid dan Ketua Umum Partai Golkar M. Jusuf Kalla disebut paling populer, dan bila pasangan itu disandingkan, maka mereka mengumpulkan 26,88 persen dukungan.

Begitu pun ketika dipasangkan dengan Susilo Bambang Yudhoyono, nama Hidayat Nur Wahid hanya selisih tidak sampai satu persen dibanding ketika SBY dipasangkan dengan Jusuf Kalla (36,9 % dan 37,7 %).

Memang saat ini bukan hanya Partai Golkar saja yang memasukkan kader PKS sebagai nominator calon wakil presiden, PDI Perjuangan dan Partai Demokrat pun kerap menyebut mantan presiden PKS ini sebagai bakal calon wakil presiden.

Tetapi sampai saat ini belum ada pasangan yang pasti yang sudah menetapkan capres dan cawapresnya. Semuanya masih menunggu hasil pemilu legislatif, hasil pemilu legislatif akan dapat mengubah konstelasi pasangan capres dan cawapres yang ada sekarang ini. Sebagian partai masih gamang untuk menyebut siapa capres-cawapresnya yang bakal mereka usung. Tetapi ada juga partai yang kelewat pede, dengan menyebutkan capresnya, yang kemudian mencoba memasang-masangkan dengan tokoh lain untuk menjadi cawapres.
Partai – partai tersebut di antaranya adalah Partai Demokrat yang bakal mengusung Susilo Bambang Yudhoyono, PDIP yang mengusung Megawati, Partai Gerindra yang mengusung Prabowo, PBR yang mengusung Rizal Ramli, Partai RepublikaN yang mengusung Sri Sultan HB X, PIS yang mengusung Sutiyoso.
Namun setelah hasil pemilu legislatif bukan tidak mungkin para capres yang ada sekarang itu justru tidak punya kans lagi sebagai capres atau mungkin hanya sebagai cawapres saja. Seperti yang diungkapkan mantan Presdien PKS, Hidayat Nur Wahid, “Pemilu saja belum, seolah-olah kami tidak layak sebagai capres". “Kenapa PKS selalu diposisikan cawapres? kalau PKS meraih 25 persen suara, maka kader PKS tidak rela diajak sebagai cawapres saja," tegas ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat ini. Semua masih berhitung, pemilu legislatif beberapa pekan lagi, Semua konstelasi politik akan sangat mudah berubah. Bisa jadi, akan muncul pasangan -pasangan alternatif di luar nama-nama yang sudah sering disebutkan tersebut, bisa juga yang saat ini capres akan menjadi cawapres.
Pilpres akan ditentukan oleh seberapa jauh partai-partai politik memperoleh dukungan suara pada pemilu legislatif. Jangan-jangan partai yang sebelumnya diprediksi tidak akan berkoalisi setelah pemilu legislatif nanti justru mereka berkoalisi, bisa saja itu terjadi karena politik tidak bisa dilihat dalam kalkulasi hitam dan putih.