Membela Petani Setengah Hati

Jasa petani terhadap bangsa dan negara amatlah besar, mereka secara tulus mengabdi dan setia pada negara. Namun demikian, penghargaan Pemerintah terhadap petani belum sepadan dengan pengorbanan yang telah mereka berikan. Nasib petani Indonesia semakin hari kian memburuk.

Sejumlah calon presiden (capres) maupun partai politik menyatakan akan membela kaum petani jika dan hanya jika pada pemilihan presiden nanti, menang. Ada yang berjanji dalam 100 hari kerja akan memberikan sarana infrastruktur irigasi pada petani namun itu semuanya akan diperjuangkan jika nantinya memenangi Pemilu Legislatif maupun Presiden. Mendekati pemilu banyak program atau pun janji yang hanya pernyataan klise dengan tujuan politis semata. Ada juga capes yang menyatakan untuk memilih partainya yang membahagiakan kehidupan petani, padahal selama ini partainya jauh dari kehidupan para petani, dekatnya hanya dengan pengusaha ataupun konglomerat.

Mengapa semua bergaya peduli petani? Presiden, wakil presiden, bekas presiden, hingga calon presiden turun ke sawah bersama petani. Bahkan ada calon presiden yang tak pernah bersentuhan dengan petani tiba-tiba demikian akrab, bahkan mentahbiskan diri sebagai pembela terdepan kepentingan petani, iklannya ada dimana – mana.

Menjelang pemilu, petani menjadi komoditas paling seksi. Pelaku politik mana pun tahu pertanian yang menguasai 45 persen penduduk Indonesia adalah hal yang sangat menggiurkan. Petani dan pertanian adalah lumbung suara yang bisa menyediakan tiket bagi siapa pun untuk menduduki kursi presiden atau pun wakil presiden. Untuk mengubah citra, para calon pemimpin mengguyurkan miliaran rupiah guna memoles sang calon untuk memikat petani.

Kita semua khususnya para petani harus peduli terhadap rekam jejak dan latar belakang barisan sosok-sosok baru yang sok peduli petani, agar tidak mudah dikibuli. Di kalangan politisi, petani tidak lebih ditempatkan sebagai komoditas yang bisa diperjualbelikan, nanti setelah pemilu petani pun akan ditinggalkan.

Oleh karenanya sangatlah wajar jika petani marah kepada para politisi. Beberapa petani membakar benih – benih padi politis seperti supertoy maupun MSP. Mereka kecewa karena janji kepada petani hanya isapan jempol belaka. Sebagai contoh hasil benih padi yang katanya unggulan itu ternyata hasilnya kurang bagus, kemudian janji akan membeli hasil panen benih tersebut juga ternyata tidak terjadi, mereka justru disuruh menjual padinya sendiri. Apabila hasil panen padinya sukses, banyak pihak merasa ikut berjasa, tetapi kalau hasilnya ternyata gagal semuanya ramai – ramai lepas tangan.