Akhir Ramadhan : Antara Masjid, Mall dan Terminal
Hal yang
paling sulit dilakukan oleh manusia dalam bulan ramadhan ini ialah menjaga
keistiqamahan dalam beribadah. Biasanya Masjid – masjid hanya ramai jama’ahnya
saat awal puasa. Masjid-masjid penuh sampai tidak muat. Akan tetapi,
mulai dari pertengahan sampai menjelang lebaran, bukannya masjid yang ramai
tapi Mall dan Pusat Perbelanjaan. Inilah potret umat islam di Indonesia saat
ini. Maka dari itu salah satu hal yang harus kita persiapkan dalam ramadhan ini
yaitu keistiqamahan.
Dalam
Al-Qur’an QS. Fusshilat ayat 30, yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang
mengatakan ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian
mereka (istiqomah), maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):
“Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah
kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”
Semakin
mendekati akhir Ramadhan, para ulama mengingatkan agar kualitas dan kuantitas
ibadah - ibadah haruslah ditingkatkan, karena menjelang 1/3 terakhir Ramadhan
diyakini akan datangnya malam yang sangat di nanti-nantikan oleh umat muslim
seluruh dunia, ibadah-badah sunah diperbanyak, tadarus sampai dengan ittikaf di
masjid menjadi rekomendasi para ulama untuk mendapatkan malam seribu bulan
(lailatul Qadar), malam dimana para mailaikat turun ke dunia untuk mencatat
umat yang dengan khusyuk beribadah dan akan di ganjar pahala seolah-olah mereka
beribadah selama seribu bulan.
Bulan
Ramadhan ibaratnya sebuah kompetisi di mana semakin menjelang akhir kompetisi
para peserta yang masih bertahan semakin sedikit, ibaratnya yang tersisa adalah
para jawara-jawaranya, begitu juga bulan ramadhan ini yang masih tetap bertahan
dan masih istiqomah niatnya mencari ridha Allah adalah umat pilihan yang
benar-benar Beriman, bagaimana yang disinyalir oleh Al Qur'an Surah Albaqarah ayat 183.
Kemanakah
mereka, para jemaah shalat terawih yang 2/3 awal ramadhan memenuhi masjid ? ternyata
arah kiblat mereka telah bergeser jauh dari 27 derajat, yang kemarin berjamaah
shalat tarawih di masjid, kini mereka telah berjamaah berlomba-lomba memburu
barang dengan pesta diskon yang ditawarkan oleh merchant-merchant di
mall-mall. para umat Islam di saat-saat terakhir ini tengah sibuk mempersiapkan
Idhul Fitri yang dalam hitungan hari akan menjelang. Selain berpergian ke
mall-mall berburu barang untuk lebaran ada juga sebagian para ibu rumah tangga
yang kemarin mengisi sebagian shaf di masjid kini mengisi kesibukan di dapur
menyiapkan beraneka penganan untuk lebaran mendatang.
Semangat
berpuasa semakin mengikis setiap harinya menjelang lebaran. Mall yang tadinya
sepi diawal bulan puasa menjadi semakin penuh shaf parkirannya. Jangankan untuk
parkir untuk masuk enterance gate saja sudah antre panjang.
Ukuran-ukuran
akhirat memang sangat susah dipahami karena sangat abstrak, dimana pahala yang
berlipat yang akan di ganjarkan atas ibadah yang semakin intens dilakukan
menjelang akhir ramadhan, terkalahkan oleh pragmatisme lebaran yang segera
menjelang, Obral diskon Pahala ramadhan dimasjid kalah dengan Obral
diskon di Mall, sehingga masjid di tinggal dan Mall-pun menjadi tempat
bertandang.
Di bulan
puasa banyak dari kita yang kuat menahan lapar-dahaga, nafsu amarah, dan nafsu
syahwat. Tapi kalau sudah urusan menahan nafsu belanja sepertinya belum.
Setelah lewat pekan ketiga ramadhan, maka grafik nafsu belanja akan menanjak.
Dengan bekal THR di kantong, aksi berbelanja pun kian mengganas. Saat-saat inilah
kita sedang demen-demen-nya berboros ria dan menghabiskan uang. Di pekan itulah
hampir semua mal menggelar midnight sale, karena pekan depannya penduduk sudah
akan mulai mudik. Pada saat menjelang lebaran tingkat konsumsi masyarakat
justru semakin meningkat. Harga yang semakin mahal tidak membuat masyarakat
urung berbelanja. Akhirnya mall pun rela membuka gerainya sampai jam 12 malam.
Kalau
sudah menyangkut urusan persiapan lebaran, masyarakat kita banyak yang all-out
dalam urusan belanja dan menghabiskan uang. Saking all-out nya, sampai lupa
berapa THR yang diterima dan berapa duit yang dibelanjakan.
Menjelang
Lebaran, akhirnya bukan mesjid yang bertambah ramai, namun pasar dan pusat
perdagangan yang kian berjubel pembelinya. Idul fitri berarti back to nature
dengan segala sederhanaan dan kealamaiahannya. Idul fitri bukan parade busana
mewah dan bagus. Idul fitri mestinya mejadi momentum zakat mal, bukan zakat
Mall.
Belanja,
saat ini, sudah berkembang menjadi sebuah gaya hidup pada masyarakat kelas ekonomi
tertentu dari segala usia. Dan, sebagai gaya hidup, belanja manusia modern
seringkali tidak berhubungan dengan “apa yang dibutuhkan” tapi dengan “kutahu
apa yang kumau”. Dengan kata lain, ia satu bentuk penegasan status sosial.
Terkait
prosentase peningkatan pengunjung, diperkirakan, kenaikan pengunjung di mall
akan berkisar 20 hingga 30 persen. Pada awal Ramadhan saja sudah ada
peningkatan jumlah pengunjung sampai 15%. Dan akan terus meningkat sampai
mencapai 20 hingga 30% pada dua minggu sebelum Lebaran.
Akankah
nasib ramadhan dan lebaran kita akan tragis seperti ini ?
10 hari
pertama: MESJID PENUH
10 hari
kedua: MALL PENUH
10 hari
ketiga: TERMINAL PENUH
10 hari
setelah Ramadhan: PEGADAIAN PENUH