Kedatangan Hillary, Terkait Pemilu 2009 ?
Campur tangan asing (Amerika) memang tidak bisa dilepaskan dalam setiap proses demokratisasi (pemilu) di negara manapun termasuk di Indonesia. Sejak masa - masa awal kemerdekaan RI, campur tangan asing (terutama Amerika) sudah bisa dilihat pada masa Presiden Soekarno berkuasa hingga ia terjungkal dari kekuasaannya. Terjungkalnya Soekarno dari kekuasaan disusul dengan naiknya Soeharto tahun 1960-an disinyalir oleh banyak pengamat politik sebagai agenda yang tidak dapat terlepas dari peran CIA (Amerika).
Saat ini Indonesia masih menjadi bidikan negara asing, banyak negara maju ingin menanamkan pengaruhnya terhadap Indonesia. Tidak peduli negeri ini sedang limbung atau booming, terpenting bagi mereka adalah keinginan negara maju itu bisa diwujudkan. Salah satu negara maju yang dianggap punya agenda seperti itu adalah Amerika Serikat (AS). Itu sebabnya, AS tidak pernah diam menghadapi setiap perkembangan yang terjadi di Indonesia. Menurut beberapa pengamat, Indonesia sebagai negara keempat terbanyak penduduknya di dunia setelah China, India, dan AS adalah salah satu pasar potensial bagi Negeri Paman Sam, karenanya terlalu riskan jika Indonesia dilepas begitu saja. Negara Paman Sam juga agak resisten dengan sesuatu yang bernilai Islam, sementara Indonesia adalah negara dengan penduduk mayoritas Islam terbesar di dunia.
Pemilu 2004
Yang paling dekat bentuk intervensi AS yang dapat kita lihat adalah saat pemilu 2004 yang lalu. Adanya campur tangan asing dalam Pemilu Presiden 2004 telah disinyalir Kwik Kian Gie (Menneg PPN/Kepala Bappenas) dan juga beberapa tokoh Islam yang mengungkapkan adanya intervensi AS terhadap proses Pemilu tahun 2004.
Biasanya Modus yang dipakai adalah ada pejabat penting AS yang akan datang ke Indonesia, akan ada komentar – komentar dari pejabat AS, quick qount yang sangat agresif serta adanya pertemuan – pertemuan antara orang – orang dubes AS di Indonesia dengan para calon maupun tokoh nasional pada jamuan – jamuan khusus.
Mendekati pelaksanaan pemilu 2004 yang lalu, Indonesia kedatangan tamu asing, yaitu Carter, dan Collin Powell. Jimmy Carter datang dengan istrinya Rosalynn serta mantan Perdana Menteri Thailand Chuan Leekpai ke Indonesia, untuk memimpin para pemantau dari The Carter Center. Carter membawa ratusan pemantau yang berada dibawah bendera The Carter Center. Selain memantau, Carter juga ikut mengecek kesiapan KPU dalam penyelenggaraan pemilu presiden dan juga mengenai hubungan KPU dengan Panwaslu.
Diketahui juga bahwa 12 jam menjelang pelaksanaan pemilu, Jimmy Carter memberi pesan khusus kepada dua capres RI waktu itu, yaitu Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum PDI Perjuangan), dan Amien Rais (Ketua Umum Partai Amanat Nasional) di sebuah hotel berbintang di Jakarta. Selain dua capres di atas Carter juga bertemu dengan Agum Gumelar, yang mewakili Hamzah Haz. Carter juga menemui Duta Besar Amerika Serikat Ralph L Boyce, serta para pemantau pemilu dalam negeri. Dalam melakukan pemantauan dan pengamatannya, Carter Centre dan National Democratic Institute (NDI) memiliki base camp yang bersebelahan dengan kantor pusat pengolahan data TI KPU di hotel Borobudur.
Pada saat pemilu 2004 kemarin, orang nomor tiga Amerika Serikat Colin Powell (Menteri Luar Negeri Amerika Serikat) juga tumben – tumbenan sampai tiga hari berada di Jakarta. Sehari menjelang pilpres putaran pertama, tepatnya tanggal 4 Juli 2004 Powel bertemu dengan salah seorang Capres RI, SBY. Ia lebih memprioritaskan pertemuan dengan SBY ketimbang dengan Presiden Megawati Soekarnoputri. Dan mereka pun berkilah, itu terjadi karena pesawatnya yang terbang dari Jordania terlambat mendarat di Halim Perdana Kusuma. Karena terlambat, Powel akhirnya hanya menemui SBY. Untuk menghilangkan kesan diskriminatif, Powel pun mengatakan bahwa dirinya dan SBY adalah sahabat lama. Mereka sama-sama alumni Port Bening, pusat pendidikan 'Rangers' alias Baret Hijau di AS.
Begitu juga direktur National Democratic Institute (NDI), John Rowland yang melakukan pertemuan dengan Akbar tanjung di Gedung DPR/MPR yang diklaim mereka sebagai pertemuan reguler tentang perkembangan pemilu presiden. Dalam pertemuan yang berlangsung tertutup tersebut, Rowland didampingi Senior Program Menajer dari Washington untuk Asia Tenggara Blair King dan Direktur Program NDI Stephani Lynn. Sedangkan, Akbar Tandjung saat itu didampingi Ketua Komisi I DPR RI Ibrahim Ambong.
Pada Pemilu 2004 kemarin juga, salah seorang capres pernah mengatakan mendapat tawaran bantuan dana kampanye dari sebuah yayasan di Washington DC, AS. Bantuan tersebut ditawarkan dalam jamuan makan malam melalui Paul Wolfowitz.
Pemilu 2009
Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pernah melakukan sosialisasi kepada Dubes AS Cameron R Hume. Bang Yos merasa lebih mantap jika didukung AS. Sepertinya pertemuan Dubes AS dengan Sutiyoso adalah kegiatan public relation seperti ketika Powel menemui SBY menjelang Pilpres 2004?. Dalam pertemuan itu, Sutiyoso didampingi antara lain dua Mayjen (purn) TNI yang cukup lama bertugas di AS, Benni Mandalika (8 tahun di KBRI Washington) dan Albert Paruntu (mantan penasihat militer di perwakilan tetap RI di PBB, New York). Mandalika dan Paruntu semasa aktif memang tidak begitu menonjol. Tidak berapa lama hasilnya Sutiyoso dengan bangganya menyatakan bahwa dirinya sudah mendapat dukungan dari AS dan Australia.
Sebelumnya AS juga mendukung majunya Rizal Malarangeng menjadi Capres alternatif dari jalur independen. Namun terkait masih belum jelasnya dasar hukum bagi calon independen untuk maju menjadi capres maka kemudian Rizal pun mengundur kan diri. Dukungan ini terlihat dari apa yang diungkapkan oleh tiga mantan Dubes Amerika Serikat Alphonso F La Porta, Edward Masters dan Mark Dion yang menyambut baik keputusan Majelis Konstitusi (MK) Indonesia yang membolehkan calon perorangan maju pada pilkada tanpa menggunakan perahu partai politik alias jalur independen.
Kemudian kunjungan wapres Jusuf Kalla (JK) ke luar negeri termasuk Amerika juga disinyalir tentunya juga tidak luput dari pembicaraan soal seputar pemilu Indonesia 2009. Kalla diterima oleh Joe Biden yang baru 16 hari menjabat sebagai wakil presiden AS yang sebenarnya pemerintahnya belum siap serta banyak menterinya yang belum diganti. ”Tetapi karena Wakil presiden Indonesia, ya harus diterima” ujar Biden, sehingga pertemuan tersebut terkesan terlalu dipaksakan, apakah mungkin ada agenda penting yang mendesak yang harus dikomunikasikan?. JK juga bertemu dengan Direktur Intelijen Nasional AS Dennis Blair, senator James Webb (Partai Demokrat) dan Christopher Bond (Partai Republik).
Dalam posisinya sebagai ketua umum Golkar, maupun pribadi yang berkemungkinan akan maju menjadi capres ataupun cawapres, kunjungan ini akan membawa arti positif yang sangat besar bagi Golkar dan Ketua Umumnya. JK adalah pejabat tinggi diluar AS yang berani menyampaikan agar AS segera menyelesaikan ketidakadilan di Palestina. Di Indonesia, konflik Israel dengan kelompok Hammas yang berlanjut dengan penyerangan Israel dijalur Gaza adalah sebuah berita besar dan sensitif di Indonesia dan beberapa negara lainnya, hingga memunculkan demo besar-besaran. Oleh karena itu pernyataan JK tersebut jelas akan mengundang simpati warga muslim di Indonesia.
Dalam dinamika politik, terdapat kata keramat yaitu “momentum”. Dalam perebutan kekuasaan, seseorang yang akan maju dalam pemilihan presiden apabila menjumpai dan mampu memanfaatkan momentum maka popularitasnya akan melonjak. Obama menang dalam pilpres diantaranya karena momentum terjadinya krisis ekonomi AS, sehingga dengan menyuarakan perubahan, dia akhirnya menang. Ditengah adanya kegelisahan dikalangan kader Golkar, kunjungan JK dalam menghadiri undangan ke AS, walau mungkin gaungnya tidak begitu besar tetap merupakan momentum bagi dirinya dan Partai Golkar. JK telah berhasil menempatkan dirinya sejajar dengan SBY di kancah internasional. Khususnya saat JK menyampaikan pidato tentang keberhasilan Indonesia dalam mengatasi konflik dan kemelut ekonomi. Disamping itu juga JK memberikan sebuah alternatif kepada AS, sebuah negara super power yang selama ini tidak pernah mendengar suara dari negara-negara berkembang. Momentum ini jelas akan menaikkan peringkatnya dalam bursa capres. Apa yang disampaikan oleh JK adalah sesuatu yang akan menarik minat banyak pihak, khususnya dari konstituen kalangan nasionalis maupun muslim, khususnya tentang masalah ”keadilan dan pemerataan ekonomi”.
Terakhir adalah kunjungan Menteri Luar negeri AS Hillary Clinton ke Indonesia yang dijadwalkan dua hari, 18 sampai 19 Februari 2009. Karena waktunya sangat singkat akibatnya, Hillary kemungkinan besar tak bisa bertemu dengan banyak tokoh, tak terkecuali tokoh-tokoh lintas agama. Yang sudah disepakati adalah bertemu dengan Menteri Luar Negeri dan Presiden. Apakah mungkin dalam kunjungannya ini Hillary tidak membawa pesan – pesan khusus dari AS untuk penguasa dan juga calon penguasa Indonesia terkait dengan Pemilu 2009?. Apakah tidak ada pertemeuan - pertemuan khusus tertutup (hidden agenda)?.
Yang lebih penting lagi adalah bahwa dukungan AS itu tidak harus diketahui oleh calon pasangan presiden maupun wakil presiden, AS tidak perlu komunikasi langsung dengan orang yang didukungnya. Siapapun yang dinilai mampu memahami apa yang diinginkan AS dalam menjalankan misinya, pasti didukung.
Intervensi pun kadang menggunakan modus aliran dana. Saat ini diketahui bahwa ada lima lembaga asing yang ikut membiayai Pemilu 2009. Total dana yang digelontorkannya sebesar 37,5 juta dolar AS. Bantuan asing untuk pemilu merupakan global grand strategy AS, Indonesia akan dipaksa setuju dengan proses globalisasi yang diusung negara - negara donor, khususnya AS. Aliran dana dari AS tersebut kadang melalui mata rantai perusahaan yang kemudian masuk ke salah satu rekening pasangan tertentu. Salah satu contohnya seperti dalam proses pemilihan presiden 2004 yang lalu, dimana ada peyumbang fiktif dari 11 perusahaan di Sulawesi Selatan. Selain itu ada juga aliran dana untuk lembaga - lembaga yang terkait pemilu seperti KPU, Panwas, LSM dan sebagainya.
Oleh karena itu ke depannya seluruh masyarakat perlu sikap hati-hati dalam mengikuti pemilu 2009 mendatang. Sudah saatnya Indonesia bangkit merdeka dalam arti sebenarnya, merdeka dari dikte negara - negara Barat, merdeka dalam segala lini kehidupan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan hankam.
Dari beberapa sumber
www.pks-dpcpancoran.blogspot.com