Strategi Militer Rasulullah : Mengalahkan Musuh Tanpa Pertempuran

Berbagai kisah peperangan dan ekspedisi yang dilakukan oleh Rasulullah SAW menunjukan kepiawaian beliau sebagai seorang panglima perang terbesar di dunia. Setiap kali terjun ke dalam kancah pertempuran, beliau selalu dalam kondisi prima penuh tekad, keberanian, dan kejelian. Oleh karena itu beliau belum pernah mengalami kegagalan karena salah mengambil suatu kebijakan, mengatur pasukan, memilih markas, dan menyusun strategi peperangan.  Bahkan dalam hal tersebut bisa dikatakan bahwa beliau memiliki pola kepemimpinan tersendiri yang belum pernah dikenal di dunia. Peristiwa di perang Uhud dan Hunain hanyalah karena kelemahan anggota pasukan atau mereka melanggar perintah beliau serta menyalahi kebijakan dan strategi tempur yang telah dipersiapkan.
Ketika kaum muslim mengalami kekalahan dalam dua perang tersebut, tampaklah kepiawaian beliau dalam membalikan situasi, sehingga pasukan musuh yang sudah berada di ambang kemenangan tidak berani meneruskan langkah mereka. Padahal, memburuknya situasi akibat kekalhan telak bisa memberikan pengaruh buruk terhadap jiwa para pemimpin sehingga tidak ada pilihan lain selain segera menyelamatkan diri.
Seluruh musuh Islam baik dari golongan Yahudi, orang – orang munafik, maupun kaum musyrik mengetahui bahwa penyebab kemenangan Islam bukanlah unggul dalam hal materi, teknologi militer, dan jumlah pasukan. Namun, penyebabnya adalah nilai dan akhlak yang dimiliki masyarakat Islam. Mereka mengetahui bahwa sumber nilai tersebut adalah Rasulullah SAW, beliaulah yang menjadi teladan utama bagi nilai- nilai tersebut, sampai pada batas yang luar biasa.
Sebagai pemimpin tertinggi pasukan muslim, Muhammad SAW memiliki kejeniusan militer yang sangat baik. Beberapa sifat kepemimpinan militer Muhammad SAW salah satunya adalah beliau mampu mengalahkan musuh tanpa pertempuran.
Dalam banyak ekspedisi dan peperangan, pasukan Muslim berhasil mengalahkan musuh tanpa melalui pertempuran. Misalnya, dalam Perang Khandaq, pasukan musuh akhirnya mundur tanpa terjadinya peperangan yang besar.  Pasukan koalisi musyrikin – yahudi  berhasil dibuat saling curiga satu sama lain dan memperlemah diri mereka sendiri. Demikian juga dengan beberapa ekspedisi yang dilakukan mampu membuat musuh menyerah tanpa pertumpahan darah  seperti penaklukan kaum yahudi di Fadak. Penaklukan yang paling besar tanpa harus melalui pertempuran sengit adalah Pembebasan Makkah.
Sifat kepemimpinan militer ini sejalan dengan seni berperang Tsun Zu. Dia mengatakan bahwa :
“Pada umumnya, metode terbaik dalam menggunakan kekuatan militer adalah dengan menkalukan seluruh negeri; menghancurkan negeri adalah metode yang rendah. Para panglima perang kuno, yang tahu bagaimana menggunakan kekuatan militer dengan baik, dapat menaklukan tentara musuh tetapi bukan melalui pertempuran. Mereka menguasai negeri musuh dengan taktik dan strategi intelegensi. Tujuannyaadalah untuk menguasai secara keseluruhan. Dengan cara ini, para tentara tidak dibunuh dan akhirnya memperoleh barang rampasan yang besar. Karena itu, seorang jenderal, yang memenangkan pertempuran dengan menghancurkan tentara musuh, bukan seorang panglima perang hebat. Seorang panglima perang yang luar biasa adalah yang memenangkan pertempuran dengan memaksa musuh menyerah tanpa berperang dalam pertempuran.”
Lebih lanjut Tsun Zu mengatakan “ Seratus kemenangan dalam seratus pertempuran bukanlah ketrampilan militer yang luar biasa. Tetapi menundukan kekuatan lawan tanpa pertempuran itulah ketrampilan militer yang paling hebat”
Muhammad SAW adalah panglima perang yang brilian karena sering mengalahkan musuh tanpa pertempuran.