Bekerja untuk Indonesia adalah Ibadah

Mental pejuang yang rela mati, berkorban demi kemerdekaan bangsa sungguh merupakan mental asli bangsa Indonesia. Meniru mental yang pejuang miliki, saat ini tidak diperlukan lagi lumuran darah, cukup suatu pemikiran intelektual untuk lebih bisa memerdekakan bangsa Indonesia.

Benar Indonesia telah merdeka dari perang penjajahan bangsa lain, tetapi selama ini pula Indonesia belum merdeka dari rasa ketergantungannya terhadap dana pinjaman asing. Saat bangsa Indonesia merasakan kenyamanan tinggal di Indonesia dengan segala sesuatu yang murah, ternyata itu semua adalah harga murah yang harus dibayar diawal, dan pada akhirnya bangsa Indonesia harus mulai terbiasa dengan segala sesuatu yang agak mahal sedikit. Entah mengapa mental pemerintahan sekarang ini tidak seperti mental para pejuang dahulu. Padahal pejuang jaman dulu tidak diberi upah pun, mereka mati – matian membela Indonesia, sedangkan pemerintahan sekarang sudah mendapat gaji yang layak saja masih merasa kurang dengan mencari celah untuk bisa menambah pundi – pundi kekayaannya melalui korupsi.

Seandainya saja pemerintah kembali merenungi perjuangan para pejuang dan segera sadar kesalahannya selama ini, saya yakin mentalnya akan sedikit lebih terbangun kearah yang lebih baik. Bukan lagi mental berjuang untuk diri sendiri, tetapi mental berjuang demi bangsa dan negara.

Dalam pandangan Islam, bekerja ataupun berjuang merupakan suatu tugas yang mulia, yang akan membawa diri seseorang pada posisi terhormat, bernilai, baik di mata Allah SWT maupun di mata ummat. Oleh sebab itulah, Islam menegaskan bahwa bekerja/berjuang merupakan sebuah kewajiban yang setingkat dengan Ibadah. Orang yang bekerja/berjuang akan mendapat pahala sebagaimana orang beribadah. Sedangkan dalam pandangan Allah SWT, seorang pekerja keras (di jalan yang diridhai Allah tentu lebih utama ketimbang orang yang hanya melakukan ibadah (berdo’a saja misalnya), tanpa mau bekerja dan berjuang, sehingga hidupnya melarat penuh kemiskinan. Orang-orang yang pasif dan malas bekerja, sesungguhnya tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan sebagian dari harga dirinya, yang lebih jauh mengakibatkan kehidupannya menjadi mundur.

Rasulullah SAW amat prihatin terhadap para pemalas. Dalam hadits riwayat Bukhari dan Abu Dawud dikisahkan, bahwa pada suatu hari beliau menjumpai seorang sahabat sedang duduk bersimpuh di dalam masjid, ketika semua orang sedang giat bekerja. Pada suatu ketika Rasulullah SAW mengangkat dan mencium tangan seorang lelaki yang sedang bekerja keras. Lantas beliau bersabda: “Bekerja keras dalam usaha mencari nafkah yang halal adalah wajib bagi setiap musalim dan muslimah”. Sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah cinta kepada hamba-Nya yang mempunyai hutang usaha, dan siapa saja yang bersusah payah serta bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, lantaran mereka seperti Fi Sabilillah (pejuang dijalan Allah) ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad).