Facebook, Pornografi Internet dan Pelajar


Internet Lebih Diminati Pelajar
Data menunjukkan hampir 30 persen pengguna Internet di Tanah Air berasal dari kalangan remaja ataupun pelajar yang berusia 15-24 tahun. Saat ini telah terjadi pergeseran kecenderungan pada kalangan remaja saat ini baik di dalam negeri maupun luar negeri, dimana internet lebih diminati dari pada televisi. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian, di antaranya penelitian yang dilakukan oleh New Paradigm, yang mengungkapkan bahwa remaja umur 16 sampai 29 tahun dapat hidup tanpa televisi, namun tidak dapat hidup tanpa akses internet. Pada hasil survey yang dilakukan di Cina, 87% remajanya lebih memilih online di Internet dari pada menonton televisi. Tidak berbeda dengan Cina, hasil studi pada remaja Amerika menunjukkan, 77% remajanya lebih memilih Internet.

Hasil survey New Paradigm tak jauh berbeda dengan hasil penelitian terbaru Edison Media, yang bertema "Internet and Multimedia 2007" pada tanggal 29 Juni 2007 lalu. Dari sample remaja yang berumur 12 tahun sampai orang yang berumur 44 tahun, hasilnya menunjukkan bahwa angka persentase tertinggi diraih oleh peminat Internet, yakni sebesar 39%. Sedang untuk televisi turun menjadi 35% dimana pada tahun 2002 lalu televisi memiliki angka persentasi sebesar 48%, diikuti internet sebesar 25%, radio 16 %, dan surat kabar 3 %. Menurut angka persentase tersebut, remaja yang berumur 12 sampai yang berumur 44 tahun menganggap internet sebagai media hiburan yang paling utama. Sementara generasi yang berumur 55 dan selebihnya, masih menganggap televisi lebih menarik dari pada internet.

Hardjito (2001) dalam penelitiannya terhadap 210 siswa SMU dan SMK DKI Jakarta yang secara rutin mengakses internet, menemukan bahwa siswa yang rajin mengakses internet sebagian besar (55,7%) datang dari lingkungan keluarga yang semua anggotanya (orang tua, kakak/adik) menggunakan internet, dan hanya 5,7% dari keluarga yang sama sekali tidak menggunakan internet.

Akses Situs Porno dari Kalangan Pelajar Meningkat
Semakin hari jumlah pengguna internet dari kelangan pelajar semakin meningkat, dari yang awalnya hanya browsing untuk mengerjakan tugas dari sekolah sampai browsing situs – situs porno di internet. Perkembangan jumlah pelajar yang mengakses situs porno pun meningkat. Berdasarkan hasil survei pada 100 pelajar yang memiliki kesempatan mengakses internet yang dilakukan oleh Komunitas Penggiat Teknologi Informasi Kediri (Kompetidi), 78 di antaranya mengaku sering membuka situs porno. Penelitian ini dilakukan terhadap 100 responden dari kalangan pelajar yang berusia 13-17 tahun di Kota Kediri. Dari 78 pelajar yang membuka situs porno, 69 di antaranya sengaja mencari, sementara sisanya adalah karena situs tersebut sudah tersedia di komputer warnet. 

Yayasan Kita dan Buah Hati pernah mengadakan penelitian terhadap pornografi internet, salah satu hasilnya adalah 80 persen anak usia 9-12 tahun di kawasan Jabodetabek sudah pernah mengakses materi pornografi melalui internet.

Sebuah hasil survei tentang pornografi di kalangan anak-anak yang dibuat oleh lembaga Third Way menyebutkan bahwa anak-anak sangat rentan mengakses situs pornografi sejak berusia 11 tahun. Hal yang lebih mengejutkan lagi, ternyata kalangan terbesar yang paling banyak mengakses situs-situs porno bukanlah remaja dewasa berusia 19-25 tahun, melainkan para ABG dan juga pelajar yang rata-rata berusia 12-17 tahun.
Di tahun 2005, para peneliti dari Yayasan Kita dan Buah Hati mengungkapkan bahwa sejumlah besar dari 1705 anak SD kelas 4, 5 dan 6 di Jabotabek sudah biasa melihat gambar porno. Paling tinggi yakni 20 persen mengakses dari situs internet, sisanya lewat koran/tabloid, novel, DVD, VCD, telepon genggam, games, dan acara televisi. Yang diakses anak-anak itu bukan sekedar gambar perempuan telanjang, tetapi sudah hard core porn yakni gambar dan adegan perzinahan (antara lelaki dan perempuan, sesama jenis, manusia dengan binatang maupun dan lain-lain). 70% anak remaja yang bersentuhan dengan pornografi di internet awalnya adalah secara tidak sengaja saat mengakses internet untuk keperluan lain, baru setelah itu itu kemudian mereka akan ketagihan. 

Sebagian besar orang tua tidak sadar bahwa anak-anak mereka sering menghabiskan waktu di Internet khusus untuk melihat pornografi, padahal 1 dari 5 anak yang mengakses internet porno akan menjadi korban pedofil, yaitu orang dewasa yang memangsa anak-anak secara seksual.


Dampak Facebook dan Pornografi Internet untuk Pelajar
Di negara barat yang mempunyai akses internet lebih leluasa, para pengidap pedhophilia dan pemburu seks memanfaatkan internet untuk mencari mangsa. Internet merupakan media yang terbukti nyata sebagai alat berguna bagi mereka. Semakin sering mereka mengakses pornografi lewat internet, semakin tinggi resiko melakukan apa yang dilihatnya, termasuk kekerasan seksual, perkosaan, dan pelecehan seksual terhadap anak.

Kebiasaan mengkonsumsi pornografi dapat menyebabkan ketidakpuasan terhadap bentuk pornografi yang lembut, sebaliknya semakin kuat ingin melihat materi-materi yang mengandung penyimpangan dan kekerasan seksual. Dalam sebuah penelitian terhadap para napi yang melakukan pelecehan seksual terhadap anak, 77% dari mereka yang melakukannya terhadap anak lelaki dan 87% yang melakukan terhadap anak perempuan. Mereka mengakui terbiasa menggunakan pornografi sebagai pendorongnya.

Satu dari 25 pengguna internet usia muda ternyata pernah diminta untuk berpose dan mengirimkan foto porno (sexually explicit) dirinya sendiri. Hal tersebut dinyatakan dalam hasil studi terkini yang dilansir oleh Universitas New Hampshire, Amerika Serikat.

Lain halnya yang terjadi di Beijing, internet bisa membuat remaja bertingkah kebablasan. Hampir separuh dari seluruh remaja yang diketahui hamil di kota Shanghai, Cina ternyata menemukan pasangannya dari internet. Zhang Zhengrong, seorang dokter yang memperkenalkan saluran hotline telepon untuk remaja hamil mengungkapkan bahwa 46 persen dari sekitar 20.000 gadis yang menelepon berkata bahwa mereka berhubungan seks dengan pria yang mereka temui melalui internet, salah satunya adalah facebook.

www.pks-dpcpancoran.blogspot.com