Ada Apa dengan Valentine’s Day (VD)

Para kalangan remaja menunggu momen-momen yang dapat digunakan sebagai momen yang sangat berkesan bagi mereka dan khususnya untuk memanjakan pasangannya. Sebuah hari yang dianggap sangat keramat bagi kalangan remaja khususnya. Hari dimana kononnya peri - peri pembawa cinta datang di muka bumi ini membawa berjuta kebagiaan. Hari dimana penuh dengan hiasan - hiasan cinta, dan kasih sayang, hari dimana penuh dengan pernak-pernik cinta. Hari dimana setiap insan dapat mengapresiasikan rasa cintanya kepada seseorang yang mereka cintai “dengan bebas”, dan menggunakan media - media yang mereka anggap pantas mereka tunjukkan pada seseorang yang mereka sayangi.

“Only You The One that I Love The Most in The Whole World”. Tulisan yang berisi ungkapan rasa cinta model gini gampang kita temuin di bulan Februari. Bulan Februari jadi istimewa dan penuh cinta lantaran kehadiran Valentine’s Day (VD) yang jatuh pada tanggal 14. Nggak heran kalo jutaan remaja di seluruh dunia tak sabar menantinya. Lantaran VD menjadi hari dimana mereka bebas nunjukkin kasih sayangnya pada sang pacar.

Nggak cuma pernak – pernik seperti cokelat, bunga, boneka, serta kartu ucapan saja, perayaan VD juga dilengkapi dengan acara bernuansa pesta pora dan hura - hura yang membuat remaja terlena. Mulai dari acara yang romantis hingga yang berbau erotis yang pastinya nggak pake gratis. Ada konser musik dari para musisi idola yang melantunkan lagu-lagu melankolis, pesta pribadi yang mendatangkan penari striptease, atau acara arisan teman kencan yang berujung pada perilaku seks bebas. Pesanan kamar di hotel - hotel kota besar pun meningkat tajam. Di hari valentine itu, nafsu manusia justru meningkat dan disalahartikan untuk hal - hal yang tidak sewajarnya. Pada hari valentine itu, disinyalir wanita banyak yang kehilangan keperawanannya.

Menjelang hari Valentine, banyak remaja sibuk nyari kado spesial sebagai tanda cinta bagi sang kekasihnya. Di balik kegembiraan anak muda merayakan VD ternyata tersembunyi bahaya besar yang mengintai para aktivisnya. Mulai dari penularan HIV/AIDS hingga kehamilan tak dikehendaki. Ini dikemukakan oleh dr. Andik Wijaya SMSH, seorang Seksolog dari Surabaya. Beliau mengatakan, “Sekarang Valentine’s Day nuansanya cenderung romantis dan erotis”. Salah satu faktor yang mensukseskan erotisme saat perayaan Valentine adalah makanan khas Valentine`s Day, yaitu coklat. Menurut dr. Andik, coklat mengandung zat yang disebut Phenyletilamine atau zat yang bisa membangkitkan gairah seksual. 

Masih menurut dr. Andik, bukti lainnya adalah adanya pergeseran makna Valentine‘s Day itu sendiri, di Inggris 14 Februari justru dicanangkan sebagai The National Impotence Day (hari impoten nasional) dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman impotensi 2 juta pria Inggris. Sedang di AS lebih parah lagi, 14 Februari ditetapkan sebagai The National Condom Week (pekan kondom nasional). Maksudnya adalah kampanye nasional penggunaan kondom, karena tiap perayaan Valentine‘s Day diikuti peningkatan kasus HIV/AIDS. Padahal tingkat kegagalan kondom mencapai 33,3 persen,” imbuh dr. Andik.

Fenomena sex on valentine dikuatkan juga oleh survey yang dilakukan menjelang Valentine’s Day tahun 2004 terhadap remaja pinggiran Kota Bandung seperti Cimahi, Batujajar, Padalarang, dan Lembang. Hasilnya adalah dari 413 responden yang menjawab angket secara “sah” 26,4% di antaranya mengaku lebih suka merayakan Valentine‘s Day bersama kekasih dengan jalan-jalan, makan - makan lalu berciuman (melakukan seks). Di malam valentine, angka penjualan kondom di sejumlah mini market dan apotek pun meningkat sampai angka 200 persen. 

www.pks-dpcpancoran.blogspot.com