DIUJI SEBELUM DIPUJI
Ustadz Arifin Ilham |
Hidup,
tidak mungkin berjalan tanpa ujian hidup. Ujian hidup dan kehidupan itu
sendiri tidak dapat dipisahkan. Selama seorang hamba diberi kehidupan
di dunia ini, maka selama itulah ia akan menemui dan ditemui ujian
hidup.
Beragam
sikap dan strategi yang dilakukan untuk menghadapi ujian hidup. Beribu
cemas, harap, kecewa, bahkan luka, tertinggal ditengah usaha menghadapi
ujian hidup. Hasilnya pun beragam. Ada yang gagal, banyak pula yang
berhasil dengan gemilang.
Ketika
seorang hamba menemui ujian hidup, maka hal pertama yang harus diingat
adalah bahwasanya Allah Swt. tidak pernah menjadikan sesuatu itu dengan
sia-sia. Terlebih lagi bila yang diberikan itu berbentuk suatu ujian
hidup.
Makna Sebuah Ujian Hidup
“Allah Swt. yang menciptakan kehidupan ini, Allah Swt. juga yang menguji kehidupan ini. Berarti selama hidup, selama itu diuji,” Kata ustadz Arifin Ilham. “Jadi ujian tidak ada batasnya, berarti sikap sabar, syukur, itu tidak terbatas. Selama
hidup, selama itu kita harus sabar, karena selama hidup itu kita di
uji. Sabar bukan diartikan berdiam, pasrah. Justeru orang sabar itu
kreatif, inovatif, motivatif, proaktif. Orang sabar itu prestatif,”
ujarnya.
Ustadz
muda ini menyayangkan fenomena terlambatnya sebuah hikmah terpetik dari
sebuah musibah yang terjadi. Seorang hamba yang beriman, menurut ustadz
Arifin seharusnya memiliki kemampuan berprasangka baik dalam setiap
peristiwa yang terjadi. Menurutnya ada 3 hal yang harus kita kenali, yaitu ujian, peringatan, azab.
Azab
adalah musibah untuk orang kafir, musibah berupa azab ini bahkan dapat
membawa mereka ke kematian. Peringatan adalah musibah bagi orang Muslim
yang melakukan maksiat, sedangkan ujian adalah musibah yang menimpa
Muslim yang bertakwa. “Ujian ini bagi orang yang taat. Tertib lalu
lintas, masih ditabrak juga. Nggak pernah dusta, nggak jahat sama orang
lain, masih kena fitnah juga, dicerca, dihina, padahal dia orang yang
baik banget,” papar ustadz Arifin menjelaskan arti musibah bagi seorang
Muslim yang taat.
Tujuan diberikannya ujian hidup
Menurut
ustadz Arifin, Allah Swt. memberikan ujian dengan tujuan, pertama,
Allah Swt. ingin menyeleksi hamba-hamba-Nya. Dari ujian itu akan
terlihat mana hamba yang sabar mana yang tidak, dan dari pemberian ujian
itu pula Allah Swt. akan mengetahui orang-orang mana diantara hamba-Nya
yang berhak masuk syurga. ”Dari situlah Allah ingin mengetahui
orang-orang yang menang, walaupun kemenangannya selalu tertunda. Ya
karena tertunda itu harus sabar. Semua rasul itu menang, tapi menang
pada akhirnya, kalah dulu di depannya. Nabi Musa dikejar-kejar dulu,
nabi Muhammad diteror dulu,” tutur ustadz Arifin menjelaskan. Ustadz
mengingatkan bahwa dengan ujian itu Allah berharap kita menjadi kembali
sadar, kembali kepada Allah. Karena menurut beliau ujian adalah bentuk
sayangnya Allah pada hamba-Nya. ”Ujian itu sayangnya Allah, dalam artian
kita ditegur. Itu sayangnya Allah sebenarnya. Cuma kecenderungan
manusia itu hanya sadar pada saat mendapat ujian saja, ketika diberi
nikmat lagi, dia kembali melupakan Allah. Seperti di dalam surat
Az-Zumar ayat 8, apabila ia ditimpa musibah ia meminta tolong, kalau
diberi nikmat dia lupakan janjinya yang dulu,” sambung ustadz Arifin.
Mensikapi Ujian
Seorang
beriman akan menyikapi ujian dengan bijak sehingga ia dapat melaluinya
dengan baik, karena orang-orang yang beriman itu menganggap semua hal
itu adalah ujian dari Allah Swt. Apabila musibah itu ujian, maka nikmat
pun dianggap sebagai ujian. ”Orang yang beriman itu sukses terus karena
bagi dia nikmat itu ujian, popularitas ujian, jabatan ujian, ilmu ujian,
keluarga ujian, semua ujian. Nah,
kesadaran bahwa selama hidup ia selalu diuji itulah yang membuat dia
mempersiapkan mental untuk menghadapi ujian-ujian itu,” papar ustadz
Arifin.
Ujian
hidup memang kerapkali disebut-sebut sebagai ajang pendewasaan diri
menuju kualitas mental yang lebih kokoh untuk menjalani hari-hari
kedepannya. Tentang nilai dari ujian itu sendiri, ustadz Arifin kembali
menegaskan bahwa tiap musibah yang sering disebut dengan ujian hidup itu
tergantung kepada siapa musibah itu terjadi. ”Kalau kepada orang
bertakwa, berarti ujian. Kalau kepada orang yang banyak maksiat berarti
peringatan. Kalau kepada orang kafir berarti azab,” ujar pimpinan
majelis dzikir Adz-Dzikra ini. Lebih hebat lagi, menurutnya orang
beriman itu jika bertemu ujian hidup ia justeru akan berusaha mengambil
hikmah darinya. ”Karena bagi orang beriman itu sakit adalah rahmat,
musibah yang menimpa adalah media untuk mengambil hikmah dari kehidupan,
kematian merupakan ampunan dosa—bahkan bentuk keridhoan Allah
terhadapnya, dan masalah yang datang dilihat sebagai cara Allah Swt.
memaafkan kesalahan-kesalahannya,” tutur ustadz Arifin.
Ujian
hidup ini memang agaknya topik yang tidak pernah kehilangan daya tarik
untuk dibicarakan, dari sudut pandang manapun. Mengenali ujian hidup
diharap dapat membuat kita lebih cerdas dan peka ketika harus
menyelesaikannya, sehingga kita tidak malah menafikan nikmat-Nya saat
ujian datang menegur kehambaan kita pada-Nya.
sUMBER : http://zirlygita.multiply.com/journal/item/62/diuji-sebelum-dipuji?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem